oleh

UDB Adakan Workshop Penyusunan Buku Ajar dan Media Pembelajaran Digital

Solo – Saat menjadi sekolah tinggi mungkin tuntutannya tidak seberat saat menjad universitas. Pada saat berubah bentuk menjadi universitas maka tuntutan dan kinerjanya juga berubah menjadi lebih tinggi.

Inilah yang dijalani oleh UDB – Universitas Duta Bangsa Surakarta. Setelah menjadi Universitas maka bukan hanya bentuknya saja yang berubah namun juga kinerja dan kebiasaan dalam menjalankan Tri Dharma perguruan tinggi.

Guna memperkuat performa dan menambah wawasan para dosen maka Universitas Duta Bangsa Surakarat mengadakan workshop Penulisan Buku Ajar dan Penyusunan Media Pembelajaran Digital Interaktif. Drs. H. Singgih Purnomo, MM selaku Rektor Universitas Duta Bangsa Surakarta berkenan hadir dan membuka secara langsung agenda tersebut.

Singgih berpesan bahwa kinerja Tri Dharma Perguruan Tinggi UDB harus meningkat seiring berubah menjadi universitas.

Dalam workshop kali ini karena narasumbernya 2 maka harus ada 2 luaran sebagai bukti bahawa penyelenggaraannya berhasil.

Bertindak sebagai narasumber adalah Aditya Saputra, S.Si, M.Sc, Ph.D dari UNS dan Bambang Eka Purnama,M.Kom dari UBSI Surakarta.

Dalam paparannya Aditya Saputra, S.Si, M.Sc, Ph.D dari UNS membahas tentang aspek bahasa dan tata cara penulisan yang baik, etika ilmiah dalam menulis buku ajar, strategi dan teknik menulis buku ajar yang layak dan teknik etiting serta penerbitan buku ajar. Buku ajar yang dibuat harus berkiblat pada hibah buku ajar DIKTI. Namun jika masih pemula dan untuk pembelajaran membuat buku maka kurang dari 200 halaman tidak masalah papar Aditya.

Sementara Bambang Eka Purnama,M.Kom dari UBSI memaparkan tentang Strategi penyusunan media pembelajaran digital interaktif.

Bambang memaparkan bahwa mahasiswa didik kita harus lebih pandai dari kita karena itu adalah bukti keberhasilan seorang dosen.

Baca Juga  UMKM Rambak Kulit Cipta Rasa Terbantu Dengan Aneka Mesin Dari Tim Pengabdian UNDIP

“Jangan takut mahasiswa kita menjadi jauh lebih hebat dari dosennya,” kata Bambang.

Salah satu caranya adalah dosen harus berinovasi dalam pembelajarannya dengan membuat bahan ajar berbasis digital. Jika masih kondisinya konvensional maka yang merasakan manfaatnya paling hanya 40 orang atau setara 1 kelas namun jika sudah menjadi digital dan di upload le internet maka hasilnya akan bermanfaat bukan hanya satu kapus namun bisa seluruh dunia.

“Dalam menggunakan tools boleh saja menggunakan aplikasi yang advanced namun untuk yang belum terbiasa, menggunakan power point yang sudah familiar kemudian di render menjadi video sudah sangat bagus,” tegasnya.(red)

Komentar

Tinggalkan Komentar