oleh

Orang yang Pernah Kena Covid-19 Paling Parah, Memiliki Imunitas yang Kuat

Liverpool – Sebuah penelitian yang menyoroti variabilitas cara sel T merespon virus mematikan Covid-19, hasilnya menunjukkan, bahwa orang yang pernah parah kondisinya karena Covid-19, memiliki sel “memori” pelindung yang diperlukan untuk melawan infeksi ulang dari Covid-19 yang mematikan.

Seperti dikutip dari scitechdaily.com, petunjuk menarik tersebut, didapat tim peneliti dari La Jolla Institute for Immunology (LJI), The University of Liverpool dan University of Southampton.

Penelitian tersebut muncul dari pertanyaan besar di benak orang-orang saat ini, yaitu soal berapa lama kekebalan terhadap SARS-CoV-2 bertahan setelah infeksi?

“Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang dengan kasus Covid-19 parah mungkin memiliki kekebalan jangka panjang yang lebih kuat,” kata ketua bersama studi LJI Profesor Pandurangan Vijayanand, M.D., Ph.D.

Penelitian yang diterbitkan pada 21 Januari 2021 di Science Immunology ini, adalah yang pertama kali mendeskripsikan sel T yang melawan SARS-CoV-2 dalam detail “resolusi tinggi”.

“Studi ini menyoroti variabilitas yang sangat besar dalam bagaimana manusia bereaksi terhadap tantangan virus,” tambah co-leader Christian H Ottensmeier, M.D., Ph.D., FRCP, seorang profesor di Universitas Liverpool dan asisten profesor di LJI.

Pandurangan Vijayanand (Foto: Precise)

Sejak awal pandemi COVID-19, para ilmuwan di LJI telah menyelidiki antibodi dan sel T mana yang penting untuk melawan SARS-CoV-2. Sebagai ahli genomik, Vijayanand dan Ottensmeier telah menggunakan alat pengurutan untuk mengungkap subset sel T mana yang dapat mengontrol keparahan penyakit. Pada bulan Oktober, tim menerbitkan tampilan rinci pertama tentang bagaimana sel CD4 + T menanggapi virus.

Untuk penelitian yang baru ini, para peneliti menggunakan teknik yang disebut analisis transkriptomik sel tunggal. Hal itu untuk mempelajari ekspresi gen individu lebih dari 80.000 sel CD8 + T yang diisolasi dari pasien Covid-19 dan donor yang tidak terpapar.

Baca Juga  Usai Sudah 172 Kepala Desa Terpilih Dilantik Bupati Pemalang

Sel CD8 + T adalah sel yang bertanggung jawab untuk menghancurkan sel inang yang terinfeksi virus. Sel CD8 + T “Memori” atau yang pernah terpapar, juga penting untuk melindungi tubuh dari infeksi ulang terhadap banyak virus.

Tim mempelajari sel CD8 + T dari 39 pasien Covid-19 dan 10 subjek yang belum pernah terpapar virus (sampel darah mereka diberikan sebelum pandemi). Dari pasien COVID-19, 17 pasien memiliki kasus yang lebih ringan sehingga tidak memerlukan rawat inap, 13 telah dirawat di rumah sakit, dan sembilan membutuhkan dukungan ICU tambahan.

Yang mengejutkan para peneliti, mereka melihat respons sel CD8 + T yang lebih lemah pada pasien dengan kasus COVID-19 yang lebih ringan. Para peneliti melihat tanggapan sel CD8 + T terkuat pada pasien yang sakit parah yang membutuhkan rawat inap atau dukungan ICU.

“Ada hubungan terbalik antara seberapa buruk sel T bekerja dan seberapa buruk infeksinya,” kata Ottensmeier. “Saya pikir itu sangat tidak terduga,” tambahnya.

Seseorang tadinya berharap dapat melihat tanggapan sel CD8 + T yang lebih kuat pada kasus Covid-19 yang ringan, karena ini adalah kasus di mana sistem kekebalan diperlengkapi untuk melawan infeksi yang parah. Hanya saja, hasil penelitian menunjukkan sebaliknya.

Christian Ottenmeier (Foto: University of Southampton)

Faktanya, sel CD8 + T dalam kasus yang lebih ringan menunjukkan tanda-tanda molekuler dari fenomena yang disebut “kelelahan” sel T. Dalam kasus kelelahan sel T, sel menerima begitu banyak rangsangan sistem kekebalan selama serangan virus sehingga kurang efektif dalam melakukan tugasnya.

Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, Vijayanand dan Ottensmeier berpendapat, bahwa perlu dipelajari apakah kelelahan sel T pada kasus COVID-19 ringan dapat menghalangi kemampuan seseorang untuk membangun kekebalan jangka panjang.

Orang yang menderita penyakit Covid-19 yang parah, menurut Vijayanand, cenderung memiliki jumlah sel memori yang baik. “Orang dengan penyakit yang lebih ringan memiliki sel memori, tetapi mereka tampak kelelahan dan tidak berfungsi – jadi mungkin tidak efektif untuk waktu yang cukup lama,” tuturnya.

Baca Juga  Upaya Memutus Rantai Covid-19, Polresta Banyumas Bagi-bagi Masker

Tentu saja studi baru ini memberikan pengetahuan berharga dalam respon sel CD8 + T, tetapi terbatas karena bergantung pada sel CD8 + T yang ditemukan dalam sampel darah. Karena itu, sebagai langkah selanjutnya, para peneliti berharap untuk menjelaskan bagaimana sel T di jaringan yang paling parah terkena SARS-CoV-2, seperti paru-paru, bereaksi terhadap virus.

“Langkah ini penting karena sel T memori yang memberikan kekebalan jangka panjang perlu hidup di jaringan,” ujar Vijayanand.

Seperti diketahui, menurut Ottensmeir, penelitian ini merupakan langkah pertama dalam memahami spektrum tanggapan kekebalan terhadap agen infeksi.  Ke depannya, para peneliti berharap dapat menggunakan teknik sekuensing sel tunggal untuk melihat sel CD8 + T pada pasien kanker dengan infeksi COVID-19.

“Penelitian ini menyoroti kekuatan alat baru ini untuk memahami imunologi manusia,” tambah Vijayanand. (RedG/Riz)

Komentar

Tinggalkan Komentar