oleh

Jodi Luruskan Pernyataan Luhut Soal 2 Juta Data Covid-19 yang Belum Dientry

Jakarta – Pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebutkan masih ada hampir 2 juta data kasus Covid-19 atau lebih yang belum dientry, menjadi buah bibir di media sosial.

Pernyataan itu disampaikan Luhut saat menggelar pertemuan secara virtual dengan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono, ahli kesehatan dan epidemiolog, Kamis (4/2/2021) lalu. Ia mengatakan, data tersebut akan berpengaruh pada positivity rate.

Meluruskan persoalan tersebut, Juru Bicara Menko Marves, Jodi Mahardi menjelaskan, 2 juta data itu bukan data kasus positif yang ditutupi. Melainkan kasus-kasus negatif yang belum terlaporkan.

Hal ini disebabkan karena selama ini banyak laboratorium yang cenderung lebih dahulu melaporkan kasus positif agar segera mendapat penanganan, sehingga data kasus negatif tertunda untuk dilaporkan.

“Sebenarnya bukan 2 juta kasus positif yang belum masuk. Tetapi, ada banyak hasil tes negatif yang tertunda untuk dilaporkan oleh laboratorium. Karena jumlah tes yang besar dan tenaga entry terbatas. Laboratorium cenderung lebih dahulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti,” kata Jodi dalam keterangan pers, Sabtu (6/2/2021).

Jodi mengatakan, beberapa pihak mungkin salah menangkap maksud dari apa yang disampaikan Menko Luhut dalam pertemuan virtual dengan epidemiolog. Pasalnya, yang dimaksud Menko Marver akan berpengaruh pada positivity rate dari 2 juta data itu adalah justru akan membuat angka positivity rate menurun, bukan meningkat.

“Jadi artinya bukan ada kasus positif yang ditutupi dan yang ditakutkan terjadi lonjakan rasa-rasanya tidak akan terjadi,” ungkap Jodi.

Menurutnya, sejak awal Luhut memang fokus pada integrasi sistem manajemen yang baik, sehingga data mengenai Covid-19 yang disampaikan bisa faktual dan nyata.

Untuk itu, kata Jodi, Luhut terus mendorong perwujudan big data kesehatan yang menampung dan mengintegrasikan berbagai sumber data kesehatan. Seperti rekam medis elektronik, BPJS Kesehatan, vaksin, dan lain sebagainya.

Baca Juga  Luhut Nyatakan Siap Jadi Ketua Umum PB PASI

“Memang ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Tapi Menko Luhut melihat pandemi ini sebagai momentum yang tepat bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem database kita, bukan hanya di bidang kesehatan, tapi lainnya juga. Supaya ke depan kita bisa punya sistem manajemen data yang baik,” pungkasnya.

Sebelumnya, Luhut yang juga Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional ini dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono, ahli kesehatan dan epidemiolog yang digelar secara virtual pada Kamis (4/2/2021) lalu melaporkan ada hampir 2 juta data Covid-19 atau mungkin lebih yang belum dientry.

Hal ini disebabkan karena belum terintegrasinya data penanganan Covid-19 antara pusat dan daerah. Olehnya itu, Luhut mengatakan, pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikan persoalan data kasus Covid-19 antara pusat dan daerah yang belum sepenuhnya terintegrasi tersebut.

“Pak Wamenkes, Anda harus lihat bahwa data yang dientry di daerah dengan apa yang di pusat itu beda. Sekarang berharap lagi diproses, 2 juta data kurang lebih ini kita harap bisa selesaikan dalam 2 minggu ke depan. Dan saya harap positivity rate, saya kira berubah dari angka yang ada sekarang,” kata Luhut dalam pertemuan tersebut.

Komentar

Tinggalkan Komentar