oleh

Refleksi Perjuangan Rakyat Pemalang Mempertahankan Kemerdekaan

Penulis  : Luruh Sayono, SH  (Ketua Dewan Harian Cabang Badan Pembudayaan Kejuangan 45 Kabupaten Pemalang)

 

Pemalang -  Tepat Jumat tanggal 17 Agustus 1945, Pukul 10.00 WIB, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta telah di Proklamasikan Kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh Bapak Proklamator kita Soekarno dan Hatta atas nama Bangsa Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah momentum bersejarah terpenting, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dengan Proklamasi tersebut Bangsa Indonesia menyatakan Kemerdekaan kepada Dunia Internasional. Momentum bersejarah ini juga merupakan babakan baru Bangsa Indonesia memasuki Kemerdekaan lepas dari Belenggu Penjajahan.

Artinya, tanpa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia tidak akan pernah ada atau Eksis dan diakui keberadaanya oleh bangsa-bangsa di Dunia.

Maka Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan PILAR penting, yang menopang bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perlu dipahami dan diingat bahwa Bangsa Indonesia memperoleh Kemerdekaan setelah melalui perjuangan yang tak kenal lelah dan penuh pengorbanan dari para pahlawan dan para pejuanganya.

Pengorbanan dan Semangat juang para Pahlawan itu harus tetap di bina dan hidup dalam sanubari para Penerus Bangsa.

Merdeka bukan berarti berhenti berjuang, sebab berjuang di Era Globalisasi saat ini sama beratnya dengan berjuang pada saat mengusir para penjajah.

Untuk itu perlu diwariskan makna dan pengertian arti perjuangan merebut kemerdekaan agar darah para Pahlawan pendiri bangsa ini terus mengalir dalam darah setiap generasi muda  yang notabane Penerus Perjuangan Bangsa Indonesia yang sebagai penikmat Kemerdekaan.

Merdeka bukan berarti berhenti berjuang tetapi tetap berjuang dengan dan semua lini sisi kehidupan.  Khususnya berjuang dalam berbangsa, bernegara dan bermasyarakat sesuai dengan tuntutan zamannya.

Di dalam perjuangan kehidupan bangsa lahir generasi dari generasi dengan perbedaan latar belakang pendidikan, budaya, agama, politik dan ekonomi serta perbedaan tantangan kehidupan, dan nilai-nilai kehidupan yang di teladani dari generasi pendahulunya.

Baca Juga  Penanaman Nilai Anti Korupsi Di Pemasyarakatan

 

Dalam kesempatan yang berbahagia ini perlu kami sampaikan sejarah singkat perjuangan Rakyat Kabupaten Pemalang masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia 1945 sampai 1949.

Karena setiap peristiwa pasti ada sejarahnya, demikian pula perjuangan Rakyat Kabupaten Pemalang dalam perang mempertahankan kemerdekaan yang telah di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sejarah mencatat bahwa Kompeni Belanda yang di pimpin Van De Bosh dan Van Mooc, membonceng kedatangan sekutu ke Negara Republik Indonesia yang Merdeka dan Berdaulat, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, ternyata Kolonial Belanda masih ingin menjajah kembali.

Tetapi kedatangan Belanda mendapatkan perlawanan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang telah dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945, bersama-sama mengobarkan perlawanan rakyat dimana-mana.

Sehingga Puncaknya pada tanggal 10 November 1945 terjadilah perlawanan sengit di Surabaya dan sekutu termasuk Belanda kalah total dengan terbunuhnya Pimpinan sekutu Jendral Malabi dari Inggris (yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan).

Tetapi setiap kompeni Belanda mendapatkan perlawanan sengit dan kalah lalu mengajak berdamai atau membuat perjanjian politik, walaupun kenyataanya Belanda selalu melanggarnya.

Buktinya tahun 1946 Belanda mengadakan Perundingan Linggarjati, hasilnya Indonesia hanya tinggal Jawa, Madura, dan Sumatera.

Karena situasi keamanan Ibu Kota Negara pada tanggal 1 Januari 1946 harus pindah ke Jogjakarta, Presiden dan Wakil Presiden pindah di Istana Jogjakarta diikuti pula oleh mentri-mentrinya.

Tanggal 21 Juli 1947 belanda mengadakan Agresi ke satu dengan kelicikannya Belanda mengadakan penyerangan ke Jogjakarta.

Maka bangkitlah kesadaran dan tekad rakyat beserta pemuda, pejuang dan laskar- laskar mengadakan perlawanan terhadap kelicikan Kompeni Belanda.

Dengan semangat yang tinggi dan senjata seadanya, terus berjuang dengan semboyan “Lebih Baik Mati Dari Pada Dijajah Lagi”.

Rakyat Kabupaten Pemalang bergerak melawan Belanda. Dimulai pada tanggal 1 Agustus 1947, hari Jumat Kliwon (14 Ramadhan 1366 H) Pasukan Belanda masuk Pemalang.

Perlawanan dan Stelling oleh pasukan Tentara yang dipimpin oleh SERMA DARSONO dan Pejuang Hisbullah di kali Pelawangan mundur dan banyak korban, karena kekuatan kita sangat minim sehingga jam 08.00 pagi Kompeni  Belanda masuk Alun-alun dan menduduki Kota Pemalang.

Baca Juga  Belajar Sejarah Sastra Menyenangkan, lho!

Dan jam 10.00 pagi Kompeni Belanda menyebar ke Wilayah Kabupaten Pemalang dan sebagian ke Pekalongan lewat jalan selatan Beji.

Dan saat itu pemerintahan, tentara dan pejuang menguasai pedalaman.  Pejuang bersama tentara yang ada mengadakan perlawanan secara bergerilya.

Dan dalam pertempuran perlawanan tersebut banyak mengakibatkan gugurnya para pejuang, tentara yang menjadi suhada atau pahlawan.

Sebagai bukti bahwa rakyat, pemuda, laskar dan pejuang serta tentara telah berjuang mempertahankan kemerdekaan maka hampir semua wilayah kecamatan di Kabupaten Pemalang telah di bangun dan dibuat Tugu Peringatan atau Monumen Perjuangan.

Sampai saat ini tinggal satu Kecamatan yaitu Kecamatan Pulosari yang belum memiliki Tugu Peringatan/Monumen Perjuangan yang pada tanggal 8 Januari 1949 terjadilah pertempuran sengit.  Antara Tentara Divisi Siliwangi dibantu Pasukan Pemuda GERPINDO dan pasukan Srikandinya.

Diserang oleh Kompeni Belanda yang mengakibatkan banyak korban dari kedua belah pihak, dan dari Pasukan Divisi Siliwangi gugur sebanyak 13 (tiga belas) pahlawan kemerdekaan.

Yang saat ini sedang dalam proses pembangunannya Tugu Peringatan/Monumen Perjuangan di Dukuh Waryan, Desa Karangsari, Kecamatan Pulosari.

Semoga Bangsa kita Menjadi Bangsa yang Besar, yang mau dan mampu menghargai sejarah perjuangan pendahulunya.

Para Pejuang yang saat ini sebagai pahlawan adalah para pejuang yang telah rela mengorbankan jiwa dan raga serta hartanya untuk kepentingan Tanah Air, Masyarakat  dan Negara Indonesia tercinta.

Untuk itulah mulailah sejak dari penanaman rasa Menghargai Perjuangan dan Nilai-nilai dasar perjuangan para pendahulu akan timbulnya rasa Patriotisme dan Nasionalisme, baik bagi diri kita sendiri, keluarga dan Generasi Penerus Kebanggaan Bangsa paska Kemerdekaan. (RedG)

 

*artikel ini  merupakan sambutan  dalam  acara wungon  HUT ke 77 Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Pemalang,  16 Agustus 2022 di pendopo Kabupaten Pemalang

 

Komentar

Tinggalkan Komentar