oleh

Tantangan Pendidikan dan Implementasi Character Building di Era Revolusi Industri 4.0 Saat Pandemi Covid’19

OPINI 

Penulis: Astutiati, S.Pd. (Guru di SDN 1 Brangkal, Wedi, Klaten, Jawa Tengah)

Klaten – Di tengah masa pandemi covid’19 yang mencekam dan membawa masyarakat tidak mempunyai pilihan lain selain terus bergerak dan melangsungkan hidupnya. Dibalik situasi dan kondisi saat ini, ada juga tantangan yang harus dilewati. Khususnya untuk dunia pendidikan dimana prosesnya harus tetap berjalan meskipun dalam kondisi covid’19. Oleh sebab itu Kemendikbud menyatakan bahwa untuk belajar yang tadinya dilakukan di sekolah mau tidak mau harus dilaksanakan dari rumah atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) guna memutus mata rantai covid’19. Kondisi ini dapat menguntungkan dan menjadi tantangan dalam dunia pendidikan di era 4.0 sendiri.

Era revolusi industri 4.0 merupakan era disruptif dimana banyak tenaga manusia mulai dihilangkan, digantikan oleh teknologi robot. Di era revolusi industri 4.0 muncul teknologi baru yang mengakibatkan perubahan luar biasa di semua bidang tidak terkecuali pendidikan. Apabila fungsi guru hanya sebatas transfer ilmu kepada siswa atau hanya sekedar mengajar saja di dalam kelas, maka perannya akan tergantikan oleh teknologi di era revolusi industri 4.0 ini. Era revolusi industri 4.0 merupaka era yang menuntut perubahan secara cepat yang ditandai dengan adanya system cyber-fisik, komputasi awan dan Internet of Things (IoT). Teknologi terus berubah menjadi lebih cepat atau lebih murah namun saat ini masih terdapat guru yang resisten terhadap perkembangan teknologi sekalipun dunia pendidikan telah bertransformasi. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan. Guru sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan dituntut untuk siap berubah dan berdaptasi. Peran guru tidak akan pernah tergantikan oleh mesin secanggih apapun karena guru diperlukan untuk membentuk karakter anak bangsa dengan budi pekerti, toleransi, dan nilai kebaikan. Guru harus mampu menumbuhkan empati sosial, membangun imajinasi dan kreativitas serta mengokohkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Guru harus memahami tantangan dan strategi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Tantangan besar guru yaitu dalam penguasaan IT, profesionalisme, kreativitas pembelajaran, ketidaksesuaian waktu dengan beban belajar serta sikap tidak mau berubah dari guru. Adapun strategi yang ditempuh guru untuk menyiapkan era revolusi industri 4.0 adalah dengan mengupgrade kemampuan, mengubah pola pikir, mengikuti pelatihan, melakukan inovasi pembelajaran maupun menggalakkkan kemampuan literasi.  Era revolusi industri 4.0 mendapatkan respon cepat di seluruh dunia termasuk di negara Indonesia. Pendidikan 4.0 merupakan istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran.

Baca Juga  Pemasyarakatan Bidik  Wilayah Bebas Korupsi 

Di awal abad ini pendidikan mulai berbenah diri untuk meningkatkan kualitas melalui revolusi industri 4.0. Telah banyak pelatihan yang membahas tentang pendidikan 4.0, akan tetapi dalam implementasinya masih banyak guru yang mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan teknologi guna menunjang pembelajaran. Seharusnya pendidikan 4.0 ini membutuhkan tenaga pendidikan yang mengupdate dirinya baik perkembangan ekonomi, pendidikan 4.0, maupun teknologi. Pandemi covid’19 dapat menguntungkan pendidikan 4.0 untuk pendidik maupun peserta didik yang telah mengerti dengan teknologi digital sehingga dapat memudahkan mereka ke fase transformasi dari konversional manjadi daring. Akan tetapi hal ini bisa juga menjadi tantangan besar bagi yang sama sekali belum mengetahui teknologi digital. Kita sendiri mungkin baru menyadari betapa pentingnya penerapan teknologi dalam dunia pendidikan terutama di tengah masa pandemi covid’19 ini. Dalam pendidikan 4.0 dibutuhkan keselarasan antara manusia dengan teknologi informasi dalam rangka menemukan solusi yang dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan yang muncul serta dapat menciptakan peluang yang kreatif dan inovatif guna memperbaiki sektor kehidupan saat ini. Hal ini guru mau tidak mau harus mempelajari teknologi guna mentransferkan ilmunya melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara online. Tidak hanya pendidik, peserta  didikpun diwajibkan untuk dapat memahami penggunaan teknologi yang tidak hanya sosial media saja, akan tetapi semua aspek yang menunjang berlangsungnya proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Adanya pandemi covid’19 ini menunjukkan bahwa pendidikan 4.0 kurang optimal karena adanya ketidakberartian teknologi tanpa adanya peran guru. Tanpa guru siswa akan cepat merasakan bosan. Oleh sebab itu untuk meningkatkan mutu pendidikan 4.0 ini hendaknya guru harus mampu bersinergi dengan teknologi demi mewujudkan pendidikan yang optimal. Agar dapat menjadi bangsa Indonesia yang maju kita harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas menjadi sesuatu hal yang penting dalam upaya menciptakan NKRI ini menjadi bangsa yang maju karena kreativitas dan inovasi menjadi faktor penentu suatu kesuksesan di era 4.0 terlebih saat pandemi covid’19. Sangat disayangkan apabila generasi milineal jika hanya bertindak sebagai pengguna yang pasif. Selain menjadi pengguna, generasi milineal harus mampu menjadi pemimpin dalam menghasilkan kreativitas dan inovasi, memiliki wawasan yang lebih luas dalam perkembangan teknologi dan mengasah kemampuannya dalam menyongsong era 4.0 ini dengan berpikir kritis dan tidak terjerumus ke dalam hal yang negatif dapat dilakukan untuk ikut berperan dalam era revolusi industri 4.0 ini. Generasi muda saat ini merupakan aset bangsa yang harus diberikan kebebasan dalam berpikir untuk mengembangkan pola pikir dan kreativitas untuk menjadi generasi yang bermanfaat bagi bangsa dan negara, mampu melatih pola pikir dan harus mampu memilah informasi yang tidak valid yang semakin mudah tersebar di era pesatnya pertumbuhan teknologi saat ini.  Pendidikan karakter merupakan penanaman kebiasaan tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan sehingga peserta didik mempunyai kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan pada satuan pendidikan. Guna mendukung implementasi pendidikan karakter dalam rangka menjawab tantangan abad 21 yang demikian itu maka diperlukan penerapan pendekatan belajar mengajar yang humanis emanisipatoris yakni metode dan pendekatan yang lebih menekankan pada pemberian contoh, refleksi, problem solving, pengembangan wawasan, dan penilaian objektif, dengan melibatkan seluruh unsur yang ada pada lembaga pendidikan, memperbaiki karakter lembaga pendidikan, menerapkan demokrasi, menerapkan pendidikan multicultural, menciptakan budaya sekolah yang mencetak generasi penerus yang berkarakter unggul baik secara fisik, intelektual, moral, sosial dan spiritual yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.(RedG/*)

Baca Juga  Melek Teknologi, Pemasaran Online Bagi Warga Banyumeneng

 

Komentar

Tinggalkan Komentar