oleh

Satu Tahun Pandemi COVID-19, Pedagang Malam Di Kota Semarang Alami Sepi Pembeli

Semarang – Seorang pedagang nasi goreng di area kampus Udinus, Kota Semarang yang masih bertahan sepinya pembeli.

Pedagang nasi goreng tersebut bernama Tri Susilo, usia 41 tahun, ia bercerita mengenai sepinya pembeli di tengah pandemi.

Sembari menunggu pelanggan, dia duduk melamun dengan ditemani sebagang rokok di mulutnya, Minggu (21/5/2021) malam.

Melihat kesepian pembeli, dia sesekali melihat sekeliling yang tampak sepi tak ada pengguna jalan yang melintas.

Hal itu terbiasa dengan suasasa yang dialami oleh Tri Susilo selama setahun lebih di tengah Pandemi Covid-19.

Padahal biasanya malam seperti itu adalah waktunya sibuk melayani pembeli.
Hampir tiap malam suara wajan beradu nasi akrab ditelinganya.

Dia mengaku, biasanya setiap malam bisa membuat sebanyak 100 piring nasi goreng sedangkan sekarang hanya 10 piring tiap malam.

“Setiap malam biasa membuat 100 piring nasi goreng. Sekarang hanya 10 piring tiap malam,” ujar Tri kepada Gnews. Id.

Tri Susilo berjualan di area tersebut sejak tahun 1997. Tepatnya di depan Gedung UKM Udinus Jalan Sadewa, Pendrikan Lor, Semarang Tengah, Kota Semarang.

Area kampus tersebut sebelum pandemi hampir 24 jam tak pernah sepi.

Pedagang malam selain Tri seperti nasi goreng, angkringan dan lainnya menjamur di area kampus.

Akibat dampak pandemi banyak pedagang memilih tak berjualan.

Namun demikian, Tri masih bertahan berjualan nasi goreng malam di tengah pandemi waluapun keadaan sepi pembeli.

Menurut Tri, ada sekitar 15 pedagang sepertinya yang memilih tak berjualan lagi. Hanya dia yang bertahan sebagai pedagang malam di kampus Udinus.

Dia mengatakan, alasanya bertahan karena bagian dari ikhtiar mencari penghasilan untuk tetap hidup. Dia juga memiliki prinsip, barang yang dijual pasti laku dan dirinya tak takut akan sepi pembeli.

Baca Juga  PT. BPR CENTRAL ARTHA Raih Predikat “Sangat Bagus” Versi Majalah Info Bank

“Penjualan memang anjlok 90 persen.
Tapi jadi 100 persen kalau hanya duduk di rumah. Alhamdulillah meski seadanya tetap dapat penghasilan buat jajan anak,” ungkap ayah dua anak ini, kepada Gnews. Id, Minggu (23/5/2021) malam.

Jika selama pandemi dagangan Tri harus ditutup, dia menyayangkan untuk ditutup apalagi harus berpindah tempat berjualan agar bisa menjaring pembeli lain lantaran di kampus sepi tak ada mahasiswa.

Ternyata, dia memiliki pikiran lain karena merasa sudah babat alas untuk berjualan di tempat tersebut sehingga harus tetap berjualan melayani pelanggan entah apapun kondisinya.

“Mayoritas pembeli saat ini adalah pelanggan setia, berbeda dengan dulu yang mahasiswa berganti-ganti. Selain itu, tak mudah juga berdagang di wilayah lain yang tak pasti kondisinya,” paparnya.

Dalam kondisi tersebut, Tri mengaku membuat susah terutama harus memutar otak agar pengahasilan yang pas-pasan tetap bisa bayar angsuran.

Permasalah itu membuat dia tak ambil
pusing lantaran sudah terbiasa susah.

Selain itu, dia menceritakan pernah memiliki pengalaman lebih menderita dari kondisi COVID-19 yakni pernah jualan nasi goreng keliling hanya laku dua porsi.

Hal itu dirasakan Tri karena kondisi COVID-19 merasa lebih baik lantaran masih ada pembeli.

“Saya lihat selalu ke bawah. Banyak orang yang kondisinya lebih buruk dari saya jadi harus tetap disyukuri,” terangnya.

Harapan dia, kondisi ini lekas usai. Kemudian kampus kembali beroperasi sehingga mahasiswa kuliah lagi.

“Semoga saja lekas usai dan banyak pembeli lagi,” katanya.

Di sisi lain, kondisi tersebut dialami berbeda oleh pedagang kaki lima di area Jalan Pahlawan Kota Semarang.

Salah satunya pedagang siomai, Wahyu Dimas. Ia mengaku, omzet jualannya kembali normal.

Dia mengatakan, awal pandemi pendatannya hanya Rp80 ribu perhari.

Baca Juga  Pemkab Bateng dan Angkasa Pura Serahkan Bantuan Perahu Wisata di Desa Tanjung Gunung

Namun, kini bisa berangsur seperti biasa di angka Rp 400 ribu hingga Rp500 ribu.

“Iya sekarang kondisi sudah lebih baik dari awal pandemi,” ujarnya.

Dia juga menceritakan, apalagi saat Ramadan ada kenaikan pendapatan sebesar 20 persen dibandingkan hari biasa.

Kondisi itu dia harapkan terus membaik agar para pedagang kaki lima seperti dirinya tetap bisa bertahan.

“Harapannya seperti itu pandemi lekas pergi dan semua normal lagi,” tandasnya.(RedG/Dicky Tifani Badi)

Komentar

Tinggalkan Komentar