oleh

Inilah Strategi Menulis Dimuat di Jurnal Ilmiah Bereputasi

Semarang – Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah edisi ke-4 mengangkat materi Kuliah Artikel Ilmiah, Senin (29/6/2020). Pada kesempatan itu, panitia mendapuk Farid Ahmadi, M.Kom., Ph.D., dosen UNNES dan reviewer jurnal dan Hamidulloh Ibda editor dan reviewer jurnal. Puluhan guru-pelajar Ma’arif, dan dosen serta masyarakat luas turut menyimak kegiatan webinar tersebut.

Dalam pemaparannya, Farid Ahmadi, M.Kom., Ph.D., menjelaskan beberapa strategi publikasi dan dimuat di jurnal ilmiah bereputasi. “Harus ada keunikan dan kualitas karya kita agar berpeluang dimuat,” papar dosen kelahiran Kendal tersebut.

Pengurus Pusat ISNU tersebut juga menambahkan, bahwa untuk jurnal terindeks Scopus, perlu menggandeng penulis lain yang sudah H indeks tinggi. “Menulis artikel ilmiah agar tembus Scopus harus menggandeng penulis lain, jangan satu author. Baik itu pembimbing, orang yang terlibat dalam penelitian kita, atau orang yang pakar Bahasa Inggris yang bisa kita ajak kerjasama untuk mentranslate artikel kita, misalnya kita memang tidak bidangnya Bahasa Inggris, itu bisa jadikan partner author dalam artikel kita. Apalagi kita mengajak mereka yang jurnal Scopusnya banyak, pasti lebih dipertimbangkan,” beber Koorprodi S2 Pengembangan Kurikulum dan Koorprodi S2 Pendidikan Luas Sekolah Pascasarjana UNNES tersebut.

Pihaknya juga menjelaskan anatomi artikel sesuai kaidah penulisan umum. “Usahakan jurnal atau literatur yang kita rujuk itu bereputasi, dan lima tahun terakhir, karena itu menjadi pertimbangan dimuat atau tidak,” tegas dosen yang memiliki 11 dokumen artikel terindeks Scopus tersebut.

Sementara itu, Hamidulloh Ibda juga membeberkan beberapa strategi publikasi di jurnal ilmiah. “Pertama, tulislah artikel ilmiah sesuai disiplin ilmu, karena editor atau redaksi jurnal mempertimbangkan kepakaran kita, bahkan juga disinkronkan dengan akun Google Scholar milik kita. Kalau bidang kita sastra, ya tulislah dan telitilah sastra, jangan memaksa menulis tentang inklusi, meski bisa kita menulis dengan variabel kedunya,” papar Kaprodi PGMI STAINU Temanggung tersebut.

Baca Juga  Seorang Nenek Pemulung di Pasar Waru Ditemukan Meninggal Dunia

Kedua, menurut dia, baca dan taat author guidelines, pedoman penulisan atau gaya selingkung di setiap jurnal yang dituju. “Kalau di sana memakai APA Style, ya artikel kita jangan memakai Chicaho, SPA, atau Harvard Style,” lanjut editor Jurnal ASNA tersebut.

Ketiga, menurut Ibda, artikel Anda harus berkualitas dan harus ada kebaruan atau novelty. “Misal, kalau sudah ada kerupuk rasa udang, maka Anda bisa membuat kerupuk rasa durian, yang seperti ini pasti menarik,” tandas reviewer JRTIE IAIN Pontianak tersebut.

Keempat, kata Ibda, artikel harus bebas plagiasi atau similarity. “Ketika sudah submit, editor atau redaksi jurnal itu tidak peduli siapa kita, apa sudah doktor, profesor apa belum, yang penting ketika dicek similarity kok di atas 30 persen, ya kalau editornya saya langsung tak decline alias ditolak,” papar Koordinator GLM LP Ma’arif PWNU Jateng itu.

Kelima, kata dia, silakan sitasi rujukan bereputasi, bahkan artikel dari jurnal yang Anda tuju. “Keenam, ketika ada review langsung kerjakan revisiannya, sebelum dateline yang ditentukan,” tegas penulis buku Guru Dilarang Mengajar! tersebut.

Selanjutnya, kata dia, rajin-rajin lah login di OJS jurnal itu untuk mengecek kemajuan jurnal, dan utamakan berdoa kepada Allah sang penentu kehidupan.

Sesuai rencana, tindaklanjut dari webinar GLM itu akan dijadikan forum pendampingan lewat peminatan yang sudah direncanakan panitia. (*).

Komentar

Tinggalkan Komentar