Penulis : Budi Rahardjo (Warga Masyarakat Pemalang)
Pemalang – Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, eklektik dibaca ek·lek·tik /ékléktik/ a diartikan bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber (tentang orang, gaya, metode).
Dalam teori kepemimpinan, munculnya pemimpin dibedakan menjadi tiga macam yakni teori genetis, teori sosial dan Eklektik.
Dalam Teori Eklektik, yang berpandangan bahwa seorang pemimpin muncul karena sudah memiliki bakat-bakat kepemimpinan yang dibawanya sejak lahir dan kemudian berkembang karena secara sosiologis diberi kesempatan oleh masyarakatnya. Teori eklektik sebenarnya perpaduan antara teori genetis dengan teori sosial.
Oleh karena itu, bila disederhanakan Eklektik adalah  gaya, desain dan arsitektur yang menggabungkan beberapa unsur gaya pada era yang berbeda menjadi satu kesatuan yang baru.
Gaya kepemimpinan Eklektik ini tentunya selaras dengan pemerintah Kabupaten Pemalang yang jelang berumur 448 tahun. Keselarasn gaya kepemimpinan yang sejatinya bermuara pada kesejahteraan masyarakat, mustinya kegiatan Peringatan Hari Jadi ke 448 Pemalang mengambil semangat Eklektik.
Akan tetapi ini sangat tergantung pada semangat, kreativitas, inovasi pengambil kebijakan. Sudah sa’atnya Peringatan Hari Jadi Pemalang thematiknya “Dari Rakyat Oleh Rakyat Untuk Rakyat”. Dari “dahulu sampai sekarang” Rakyat tetap masih menjadi penonton. Rakyat bagaikan obyek penderita saja, sementara para Pejabat memakai pakai pakaian baru yang dibeli dari uang Rakyat. Apakah ini makna Perubahan?
Nampak jelas Birokrasi tidak punya kreativitas, tidak bersemangat. Apakah hal ini akibat banyaknya Pejabat hampir di semua eselon terkena masalah suap jual beli Jabatan yang sa’at ini tengah diusut oleh KPK.(RedG)