oleh

Akankah  Pemalang saat ini Berada dalam Pusaran “Peristiwa Tiga Daerah”

Penulis : Drs. Budi Rahardjo, MM (Warga Pemalang) 

Pemalang – Ada ungkapan, sejarah akan terulang. Tentunya hal ini hanyalah pola peristiwa. Hal tersebut akan berhubungan dengan waktu, dalam sejarah, rangkaian peristiwa yang ada juga merupakan peristiwa yang berkelanjutan. Artinya, masa lalu juga bersifat terbuka dan berkesinambungan (continuity).

Apakah ada pengulangan pola sejarah di Kabupaten Pemalang? Apakah kondisi Pemalang saat ini kondisi di Kabupaten Pemalang, hampir menyerupai kondisi 1945. Pada masa itu Kabupaten Pemalang berada dalam pusaran sejarah penting dalam pergolakan sosial ekonomi yang dikenal dalam Peristiwa Tiga Daerah.

Dalam buku “Peristiwa Tiga Daerah” karangan Anton E Lucas (Bahasa Indonesia Indonesia Penerbit Pustaka Utama Grafiti, Tanggal terbit 1989, Halaman 376 halaman) dalam bahasa Inggris dengan Judul “One Soul One Struggle” dengan sub judul Revolusi dalam revolusi.

Anton E Lucas menyebutkan Peristiwa Tiga Daerah berlatar belakang sosio-ekonomis. Dimana akar-akar sejarahnya sudah ditanamkan sejak lama oleh penguasa-penguasa kolonial. Pengalaman sejarah yang diwarnai dengan tekanan, penindasan, kesengsaraan dan kemelaratan telah membangkitkan rasa benci dan dendam terhadap sistem dan struktur yang telah menyebabkan kesengsaraan itu. Perasaan itu tidak hanya ditujukan terhadap pemerintahan jajahan, akan tetapi juga terhadap penguasa-penguasa tradisional, terutama penguasa-penguasa yang memperlihatkan tanda-tanda kerjasama dengan pemerintahan jajahan itu.

Memang saat ini, tidak terjadi penindasan dan tekanan di Kabupaten Pemalang, melainkan kondisi yang tidak stabil karena banyaknya penyelewengan, tindakan suap menyuap serta Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dengan puncak ditangkap dan dipenjarakan Bupati, orang kepercayaannya Bupati dan 11 pejabat di Kabupaten Pemalang.

Kalau dikulik, dari mana asal Bupati Pemalang yang tertangkap tangan oleh KPK? Ternyata bukan orang asli Pemalang (maaf ini bukan menyangkut SARA), orang Pemalang pun tahu asal muasal keluarga Bupati Pemalang yang terkena OTT KPK.

Baca Juga  Mudik dan Tradisi Islam Nusantara

Maka bila dihubungkan dengan hipotesis Anton E Lucas terkait Kabupaten Pemalang dalam peristiwa tiga daerah ini. Pemalang merupakan salah satu daerah yang dapat dikatakan labil, mudah dipengaruhi oleh daerah lain. Sehingga ada ungkapan watang putung ing ayunan.

Pemalang diibaratkan sebagai kapal yang kokoh. Tapi bila dayung pengemudinya yang panjang itu mendadak patah, dengan mudah akan
diombang-ambingkan gelombang ke sana-kemari. Orang Pemalang berucap bahwa mereka itu kadang kala suka dipengaruhi oleh yang satu (Tegal) atau oleh yang lainnya (Pekalongan). Bilamana dayung panjang perahu Pemalang dikemudikan oleh tangan yang kokoh seperti yang terjadi di dalam peristiwa Nasional ditahun 1930-an, demikian juga halnya pergolakan Peristiwa Tiga Daerah) membuktikan bahwa Pemalang dapat menjadi petunjuk jalan bagi daerah lain.

Selanjut dalam buku tersebut ada ungkapan bende munggeng ing tawang artinya sebuah gong kecil suaranya menggema di langit suara. Pemalang yang kecil itu terdengar di manapun juga. Maka sebenarnya Pemalang butuh Pemimpin yang kuat bukan Pemimpi, progresiv dan revolusioner dalam menghadapi masalah Aparatur yang hancur akibat praktik suap jual beli Jabatan dan jual beli proyek yang justru semakin menggila. (RedG/*)

Komentar

Tinggalkan Komentar