oleh

Tari Sakral Bedoyo Sapto Renggo Dalam Hari Jadi Kabupaten Pemalang Ke 445 

Pemalang – Kirap pataka dan di tutup dengan sidang istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pemalang, di pendopo kabupaten Pemalang, Jum’at (24/1) merupakan inti kegiatan peringatan hari jadi Kabupaten Pemalang ke 445.

Dalam rangka melengkapi prosesi budaya, dalam rangka memperingati hari jadi kabupaten Pemalang ini  dipersembahkan Tari Bedoyo Sapto Renggo yang merupakan salah satu tarian sakral yang dimiliki oleh kabupaten Pemalang.

Tarian bedoyo Sapto Renggo ini merupakan ide dari seniman Winahyu Dwi Anggono Putro yang berkolaborasi dengan sanggar seni Serimpi pimpinan Ely Suprihatin, S.Sn.

Tarian bedoyo merupakan tarian khusus yang terikat pada waktu, tempat dan peristiwa. Seperti yang diungkapkan oleh Anggono, tari bedoyo Sapto Renggo merupakan tarian khusus yang dipersembahkan dalam hari jadi kabupaten Pemalang, dan dipentaskan di Pendopo Kabupaten Pemalang serta di tarikan oleh tujuh gadis Pemalang.

“Seperti tarian Bedoyo lainnya, Tari bedoyo Sapto Renggo ini merupakan salah satu tari sakral yang hanya dipentaskan di hari jadi kabupaten Pemalang, dan dilaksanakan di Pendopo kabupaten Pemalang. Tujuh penari nya pun merupakan penari pilihan.” Jelas Anggono.

Secara harafiah tari Bedoyo Sapto Renggo dapat diartikan tari Bedoyo dengan tujuh hiasan.  Bedoyo sapto renggo menceriterakan tentang tujuh putri dari Pemalang yang  ikut serta dalam peringatan jumenengan hari jadi kabupaten pemalang. Gerak lemah gemulai ini mengandung makna permohonan kepada Tuhan yang maha kuasa agar di beri keselamatan, keamanan dan kemakmuran.

Cerita yang diambil dalam penciptaan tari Bedoyo Sapto Renggo ini  mengalami perkembangan, yang semula bersumber pada pernikahan sang raja dengan Ratu Kidul berkembang pada cerita babad dan sejarah jumenengnya Adipati di Pemalang.

Pada saat memeragakan tari Bedoyo  biasanya penari dituntut harus masih gadis, berpuasa dan dalam keadaan suci (tidak sedang datang bulan). Sekarang ketentuan tersebut tidak seketat itu meskipun masih juga dilakukan apabila tarian tersebut untuk penobatan raja dan dilakukan di dalam keraton. (RedG)

Komentar

Tinggalkan Komentar