oleh

Sekat Kanal, Solusi Optimal Antisipasi Kekeringan Di Lahan Gambut Saat Kemarau

Kota Jambi – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sudah menjadi bencana musiman ketika terjadi musim kemarau di Indonesia. Provinsi Jambi juga menjadi salah satu daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, khususnya di Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur yang notabennya sebagian wilayah tersebut merupakan lahan gambut.

Bahkan pada tahun 2019 lalu, Kabupaten Muaro Jambi terjadi insiden “Langit Merah” di Desa Mentaro, Kecamatan Kumpeh. Insiden “Langit Merah” tersebut diduga disebabkan partikel-partikel sampah kebakaran hutan dan lahan yang beterbangan dan asap yang menyelimuti wilayah tersebut sehingga menghalangi sinar matahari.

Selain karena disebabkan ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Jambi juga dipengaruhi oleh faktor alam, seperti fenomena El Nino yang menyebabkan musim kemarau panjang yang kering di Indonesia yang berdampak terhadap menyusutnya Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) di area gambut.

Akibatnya, saat proses pemadaman, para petugas kesulitan untuk mencari air. Kebakaran semakin tak terkendali disaat api mulai menjalar di dalam tanah gambut, meski di permukaannya api berhasil dipadamkan.

Belajar dari kasus tersebut, kini sejumlah pemangku kepentingan termasuk Satgas Karhutla mulai berbenah dan melakukan berbagai upaya guna mencegah kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi. Program Masyarakat Peduli Api (MPA), Sosialisasi, pelatihan personil, persiapan alat pemadaman, membuat terobosan baik dari pembuatan embung di area rawan kebakaran, modifikasi cuaca hingga upaya terakhir yaitu proses penegakkan hukum terus dilakukan.

Terakhir, atas inisiasi Kapolda Jambi Irjen Pol Rachmad Wibowo, Polda Jambi mulai membuat dan merevitalisasi sekat kanal sepanjang 25 Kilometer yang berada di area PT Pesona Belantara Persada (PT. PBP) yang terletak di Desa Puding, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi. Pada tahun 2019 lalu, kawasan ini juga salah satu penyumbang titik api terbanyak di Kabupaten Muaro Jambi.

Dengan menggandeng Pemkab Muaro Jambi, BPBD, Manggal Agni, TNI, Perusahaan Perkebunan, Ahli Gambut Universitas Jambi (UNJA) dan memerintahkan personel Polres Muaro Jambi dan Ditpolairud Polda Jambi, proses pembuatan dan revitalisasi sekat kanal saat ini nyaris rampung.

Kapolda Jambi Irjen Pol Rachmad Wibowo mengatakan revitalisasi sekat kanal adalah upaya memperbaiki sekat-sekat pada kanal agar dapat bekerja secara optimal dalam membasahi dan menjaga ekosistem gambut sesuai dengan fungsinya. Melalui perbaikan ini, sekat kanal yang sebelumnya rusak kini kembali berfungsi dan mampu menampung air yang dapat digunakan dalam proses pemadaman api besar menggunakan helikopter Water Bombing.

Baca Juga  HPN, Kapolda Jateng Harap Pers Beritakan Covid-19 dengan Sejuk

“Tujuan dari revitalisasi sekat kanal adalah menjaga Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) pada area gambut terkendali minimal 40 Centimeter dari permukaan tanah. Dengan dapat dipertahankannya tinggi muka air, maka lahan gambut akan tetap basah dan tidak menjadi sumber kebakaran hutan dan lahan,” kata Irjen Pol Rachmad Wibowo.

Jendral bintang dua ini menjelaskan, revitalisasi sekat kanal ini juga merupakan bagian dari memperbaiki ekosistem alam di lokasi tersebut. Karhutla yang terjadi pada 2019 lalu telah merusak hampir seluruh habitat tumbuhan dan hewan yang hidup di kawasan tersebut. Luapan air yang membanjiri kawasan gambut ini membuat pohon dan tumbuhan lainya kembali tumbuh dan mengundang hewan-hewan untuk membuat habitatnya kembali.

Meski baru diterapkan di Kabupaten Muaro Jambi, lanjut Irjen Pol Rachmad, revitalisasi sekat kanal ini akan diterapkan di seluruh wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, baik pada kanal primer, sekunder maupun tersier. “Harapannya tentunya ekosistem gambut terjaga fungsinya untuk menampung air sehingga kondisi tanah gambut tetap basah, tidak mudah terbakar dan menjadi sumber penguapan yang menimbulkan awan hujan apabila akan dilakukan teknologi modifikasi cuaca pada puncak musim kemarau di Juni dan Juli,” tandasnya.

Dalam pencegahan Karhutla ini, program revitalisasi ini berjalan secara paralel dengan kegiatan operasi pemberantasan aktvitas perambahan hutan (Illegal Loging) yang terjadi di wilayah tersebut. Selain karena faktor alam, kebakaran hutan dan lahan di Jambi juga disebabkan ulah manusia, salah satunya aktivitas perambahan hutan.

“Untuk saat ini, untuk untuk mengoptimalkan program sekat kanal, kita siagakan personel khusus yang berada di lokasi. Para personel itu juga untuk mencegah aktivitas perambahan hutan yang marak terjadi di kawasan tersebut. Selain itu, operasi tim gabungan yang melibatkaan Polri, TNI, BPBD, Polisi Kehutanan dan KLHK terus melakukan patroli rutin mencegah perambahan hutan” tandasnya.

Program revitalisasi sekat kanal ini mendapat dukungan dari sejumlah pihak. Danrem 042/ Garuda Putih, Brigjen TNI Zulkifli mengatakan Dengan adanya sekat kanal, maka di saat Jambi memasuki musim kemarau, air masih tersedia di kanal tersebut. Bila terjadi kebakaran lahan, air tersebut bisa dimanfaatkan untuk membatasi kekeringan lahan.

“Fungsi sekat ini untuk mengatur level air, dimana saat musim hujan air tidak meluap ke pemukiman penduduk, sedangkan saat musim kemarau nantinya tidak terjadi kekeringan,” kata Danrem 042/ Garuda Putih, Brigjen TNI Zulkifli melalui Kapenrem 042/Garuda Putih, Mayor Inf Hatta.

Baca Juga  Luhut Minta Roadmap Program KBLBB Dikebut

Sementara itu, Anggota DPRD Muaro jambi yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PAN, Ulil Amri mengaku siap mendukung langkah yang diambil Polda Jambi dalam upaya mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan khususnya program revitalisasi sekat kanal. Menurutnya, kegiatan revitalisasi sekat kanal yang dilakukan Polda Jambi, sangat tepat untuk mencegah Karhutla. Amri pun siap mendorong agar dialokasikannya anggaran untuk kepentingan revitalisasi tersebut.

“Kalau kita di dewan siap menganggarkan untuk revitalisasi itu, apalagi manfaatnya cukup besar. Hanya saja yang perlu dikaji adalah apakah boleh dianggarkan melalui APBD mengingat kanal itu berada di kawasan HPH, itu yang perlu kita kaji bersama,” ujarnya.

Sementara itu, pihak perusahaan seperti PT Wira Karya Sakti (PT. WKS), anak perusahaan Sinarmas Grup juga menerapkan sistem atau program manajemen air (Water Management) di lahan perkebunan milik mereka yang hampir serupa dengan sekat kanal yang dibangun dan direvitalisasi oleh Polda Jambi. Hanya saja, menejemen air di PT. WKS didukung dengan mesin dan teknologi yang lebih modern.

Dalam mengantisipasi Karhutla, PT WKS selalu menjaga level air kanal di area perkebunan pada safe range (-40 cm s/d -80 cm) dengan mengaktifkan sekat kanal untuk menjaga ketersediaan air pada area-area rawan kebakaran.

Namun, mengantisipasi proses kehilangan air melalui penguapan alami dan respirasi oleh tanaman (Evapotranspirasi) yang mencapai 4 mm s/d 6 mm per harinya saat musim kemarau, PT. WKS akan melakukan intek air dari Sungai Batanghari dengan sistem pompa atau bazooka agar air di kanal tetap tersedia.

Untuk melihat ketersediaan dan fluktuasi air secara realtime, pada setiap zona tata air dilakukan instalasi automatic data logger berbasis IOT (Internet Of Think). Teknologi ini memudahkan kontrol level air secara periodik tanpa harus monitor langsung ke lapangan, terutama pada zona rawan terbakar.

Humas PT WKS, Taufik Qurrahman mengatakan manajemen air (Water Management) merupakan salah satu langkah yang diambil selama ini sebagai upaya mengantisipasi terjadinya Karhutla di atas lahan perusahaan APP Sinarmas Grup yang ada di Provinsi Jambi.

“Sampai saat ini, PT WKS berkomitmen untuk mendukung upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi,” tandasnya (RedG/Irwansyah)

Komentar

Tinggalkan Komentar