oleh

Perkembangan Sastra di Era Digital

Penulis : Mahdum Ibrahim (mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.) 

Jakarta – Sastra berasal dari bahasa Sansekerta. Dengan kata lain, kata “shastra”, yang merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta, berarti “teks yang berisi petunjuk atau ajaran”, dan kata “sas” berarti petunjuk atau ajaran. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut biasanya digunakan untuk menyebut “sastra” atau sesuatu  yang memiliki arti, kepentingan, dan  keindahan tertentu.

Karya sastra dapat menjelaskan kehidupan seseorang melalui masyarakat, dan juga melalui sastra, identitas atau peradaban yang dapat mengidentifikasi negara. Karya sastra dapat diidentifikasi melalui perbuatan moral bangsa agar bangsa dapat diakui di negara lain. Sastra semakin dilupakan dan bahkan terasing generasi muda. Ini karena dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan komunikasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Jaringan komunikasi internetisasi adalah genetika dalam banyak kasus, pria dan wanita dari segala usia (milenial) di era digital ini digunakan untuk menggambarkan teknik tingkat lanjut yang dapat menembus dasar bumi yang berubah generasi muda menjadi generasi millennial/digital yang sedang berkembang, makmur dalam menuntut informasi untuk membuat generasi saat ini tidak bersosialisasi atau merasa senang dan nyaman dengannya dunianya sendiri.

Era digital telah mendorong kita untuk memulai gaya hidup baru yang tidak dapat dipisahkan. Semua perangkat elektronik. Teknologi digital yang lebih canggih sekarang kini  membuat perubahan besar bagi dunia. Berbagai kelompok yang berbeda sekarang memiliki akses yang berbeda. Berbagai informasi, dan semua orang dapat menikmatinya dengan bebas. Generasi muda (milenial) membentuk potensi sumber daya manusia adalah kunci pembangunan utama negara. Untuk mencapai tujuan ini, Pembinaan dan pendampingan yang berkualitas. Hakikat pendidikan itu sendiri adalah sebuah proses transfer informasi dan nilai yang ada. Perkembangan era digital ini bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi kemajuan sastra Indonesia.

Baca Juga  Balai Pustaka dalam Periode Kesusastraan Indonesia

Sastra digital menawarkan gaya baru dalam membina penulis kreatif. Sastra digital ini merupakan kegiatan sastra dengan menggunakan komputer dan internet. Sastra digital merupakan salah satu khazanah sastra dunia sebagai media penerbitan dan sarana kreatif dalam menciptakan karya yang sejalan dengan perubahan sosial. Sastra  media sosial yang menggunakan teknologi seperti komputer, telepon genggam, dan internet dapat disebut  sastra digital (cyber literature). Sastra digital adalah kegiatan sastra yang menggunakan komputer dan internet.

Sastra siber menggunakan kemungkinan dan kemajuan teknologi komunikasi sebagai sarana kerja dan infrastruktur. Artinya penyebaran karya sastra melalui internet dapat dilakukan melalui media sosial. Salah satu media sosial yang bisa digunakan untuk menampung karya sastra adalah Twitter. Twitter merupakan salah satu media sosial yang paling banyak diminati oleh masyarakat umum. Selain itu, tidak seperti media sosial lainnya, Twitter memiliki ruang hingga 280 karakter untuk membuat tweet. Media sosial adalah saluran yang  mudah untuk bergabung, berbagi, dan membuat konten di blog dunia maya, jejaring sosial, wiki, forum, dan lainnya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa media sosial dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan apapun, baik itu sebuah ide, opini, dan karya di internet. Karena keragaman media sosial dalam dunia sastra yang berkembang juga mulai menggunakan teknologi sebagai medianya. Komputer dan ponsel sekarang dapat digunakan untuk literatur kapanpun dan dimanapun. Selain itu, hal ini juga bisa dikenali dari tampilan akun media sosial yang isinya sebenarnya berkaitan dengan bidang sastra khususnya puisi. Media sosial juga bisa mengekspresikan diri melalui karya sastra.

Sastra harus mengikuti perkembangan zaman pada saat itu. Ketika sastra diterapkan secara digital, ada pro dan kontra terhadap budaya.  Kemampuan literasi khususnya di Indonesia. Kini masyarakat dapat mengakses karya sastra dengan lebih mudah untuk konsumsi atau produksi karya sastra. Minat baca dan tulis generasi milenial juga semakin meningkat.

Baca Juga  Semangat Gotong Royong Menuju Ketahanan  Nasional

Hal ini menunjukkan bahwa media sosial dapat digunakan sebagai media menyampaikan pendapat, ide yang bisa tulis dalam bentuk puisi, cerpen, dan novel. Namun, generasi milenial  perlu dukungan aktualisasi diri dalam menulis agar mereka menjadi lebih  terarah dan berkualitas yang lebih tinggi.(RedG)

 

 

 

Komentar

Tinggalkan Komentar