oleh

Penyuluhan Dampak Penyakit Masyarakat dan Kenakalan Remaja Terhadap Masa Depan Anak Bangsa Dalam Memperkuat NKRI

Wonogiri- Bertempat di Hotel Cendrawasih telah dilaksanakan kegiatan penguatan Wawasan Islam Rahmatan Lil’Alamin bagi Rohis SMA/SMK Se-Kabupaten Wonogiri Tahun 2019 yang diselenggarakan oleh seksi Pakis (Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam) Kantor Kementrian Agama Kabupaten Wonogiri yang dikepalsi oleh Kasi Pakis Satwono , Jum’at(3/5).

Dalam kegiatan tersebut, Kasdim 0728/Wonogiri Mayor Inf Nurul Muthahar bertindak sebagai nara sumber dengan materi “Dampak Penyakit Masyarakat Dan Kenakalan Remaja Terhadap Masa Depan Anak Bangsa Dalam Memperkuat NKRI”. Penyakit masyarakat adalah semua perilaku sejumlah warga masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berpengaruh terhadap kehidupan warga masyarakat.

Dikatakannya penyebab dari penyakit masyarakat tersebut antara lain keadaan keluarga yang berantakan (broken home), Persoalan ekonomi, Pelampiasan rasa kekecewaan, Pengaruh lingkungan masyarakat, Ketidaksanggupan menyerap nilai dan norma yang berlaku, Pengaruh kemajuan teknologi.

Pencegahanya, apabila dalam lingkup keluarga bisa dilakukan dengan Menciptakan suasana harmonis, perhatian dan penuh rasa kekeluargaan. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan dan ketaatan beribadah. Mengembangkan komunikasi dan hubungan yang akrab dengan anak. Selalu meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai pendapat anak sekaligus mampu memberikan bimbingan atau solusi jika anak mendapat kesulitan. Memberikan punish and reward, artinya bersedia memberikan teguran atau bahkan hukuman jika anak bersalah dan bersedia memberikan pujian atau bahkan hadiah jika anak berbuat baik atau memperoleh prestasi. Memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan umur dan pendidikannya.

“Apabila di lingkungan sekolah bisa dilakukan dengan mengembangkan hubungan yang erat dengan Setiap anak didiknya, agar dapat tercipta komunikasi timbal balik yang seimbang. Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral dan spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur dan saling percaya. Memberi kebebasan dan mendorong siswa untuk mengembangkan potensi diri sejauh potensi tersebut bersifat positif. Bersedia mendengar keluhan siswa, serta mampu bertindak sebagai konseling untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya di sekolah maupun di rumah,” jelasnya. (Red)

Komentar

Tinggalkan Komentar