oleh

Pembelajaran Sastra Bentuk Karakter Lewat Apresiasi

Penulis : Hayati Badrunnisa, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Jakarta – Pengajaran dalam kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI ialah proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan. Sedangkan bagi sastra sendiri memiliki fungsi ganda untuk dipelajari atau dijadikan sebagai pengalaman manusia yang dapat memfasilitasi dalam refleksi dan evaluasi. Selain dapat melatih kemampuan berbahasa, sastra juga dapat menambah pengetahuan mengenai pengalaman yang ada didalam hidup manusia, membantu mengembangkan kepribadian, dapat membentuk watak, maupun memberikan kepuasan dan kenyamanan, sastra bisa memperluas dimensi dalam kehidupan.

Sastra juga dianggap sebagai alat atau  dulce et utile yang berarti bisa memberikan pengajaran (pendidikan) yang tentunya bermanfaat dan menyenangkan. Dalam pengajaran sastra tentunya membutuhkan seorang pengajar sastra yang dapat memberikan contoh maupun panutan bagi pembelajarnya yang pasti berkaitan dengan hubungan mengenal hal-hal sastra. Tak lupa juga bisa membaca puisi dengan baik, membaca cerita pendek dengan baik, ataupun menulis dengan baik dalam sastra, rajin mengikuti partisipasi dalam diskusi sastra, ikut serta mendiskusikan buku baru, berani terampil, dan hal lain sebagainya.

Pada pengajaran sastra juga didasarkan dalam pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menarik. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pengajaran sastra yang disebut dengan strategi PAIKEM, seperti Contextual Teaching (CTL), Cooperative Learning (CL), Quantum Learning (QL), Problem Based Learning (PBL), Integrated Learning (IL), Content Based Instruction (CBI), tugas pengajaran berbasis (TBT), dan lain-lain. Ternyata dalam studi sastra yang ideal didasarkan pada penilaian berbasis kinerja, yaitu penilaian otentik yang tentunya memungkinkan untuk mengakomodasi semua pembelajarnya.

Menurut Effendi (1982: 70) bahwa berapresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sampai menimbulkan pengertian, penghargaan, kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra. Oleh karena itu, tujuan dalam mempelajari pengajaran sastra ialah untuk meningkatkan pemahaman, rasa syukur, kepekaan bagi pembelajar terhadap berpikir yang kritis maupun kepekaan terhadap kenyamanan dalam penciptaan karya sastra. Untuk itu dalam kegiatan ini meliputi membaca berbagai karya sastra, mempelajari esai dan kritik sastra, serta pula mempelajari sejarah yang terdapat dalam sastra.

Baca Juga  Ganjar di Cibir di Partainya, Flamboyan di Partai Lain

Selain itupun juga dilakukan kegiatan dokumentasi dan kreatif dalam memberikan suatu informasi mengenai karya sastra, yaitu ada penulisan karya sastra dan penulisan diskusi tentang karya sastra. Didalam kegiatan tersebut tentunya akan mengatasi kekurangan buku sastra yang terdapat di perpustakaan sekolah. Pada saat yang sama, pendidikan harus dapat menginspirasi seseorang untuk terus berpikir kritis dan dapat memilih alasan yang tepat disetiap aktifitas. Pendidikan juga harus mampu membentuk karakter setiap individu bagi pembelajar. Dalam mengembangkan suatu pemikiran yang kritis tentu sangat penting untuk pembelajar agar terus berpikir secara kritis karena dapat menyebabkan adanya keberpihakan. Kepribadian yang erat pun ada kaitannya dengan pilihan sikap dan perilaku.

Sedangkan dengan pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan watak, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral. Pendidikan berkarakter pun bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan seluruh pengajar maupun pembelajar agar sepenuh hati saat mengambil keputusan baik dan buru, tak lupa untuk teladan, terus memelihara kebaikan, dan mencapai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai karakter yang terus masih dikembangkan itu meliputi nilai agama, kejujuran, toleransi, disiplin, ketekunan, inovasi, kemandirian, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, patriotisme, penghargaan terhadap prestasi, persahabatan atau komunikasi, cinta damai, gemar membaca, perlindungan lingkungan sosial, perhatian, dan tanggung jawab.

Melalu pengajaran sastra terdapat pengajar yang mencapai pembentukan kepribadian berkarakter dengan mempelajari pengajaran sastra. Karena didalam pengajaran sastra, pembelajar secara langsung berhadapan dengan berbagai nilai kehidupan yang mencakup seperti nilai agama, keadilan, dan pengabdian. Maka dari itupun pengajar dapat mencapai pembentukan kepribadian dengan adanya mempelajari pengajaran sastra. Pada pengajaran sastra Indonesia harus mampu membentuk pendidikan karakter lebih konkrit agar dapat diwujudkan bagi pembelajar, bisa menghadapi nilai-nilai positif, tentunya memungkinkan mereka untuk terus memahami perbedaan orang lain ataupun budaya lain tanpa mengerutkan dahi, dan selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari.(RedG)

Baca Juga  RGP 2024 Menolak Keras Dituduh Sebagai Relawan Bayaran

 

 

Komentar

Tinggalkan Komentar