oleh

Minim Pengrajin, Banyak Peminatnya

PEMALANG – Dusun Peron Kelurahan Petarukan merupakan daerah yang menjadi sentra pengrajin tempe di Kabupaten Pemalang, khususnya pengrajin tempe godhong dawa. Meskipun tempe godhong dawa banyak peminatnya, namun pengrajin tempe jenis ini bisa dihitung dengan jari di Pemalang.

Tempe godhong dawa merupakan jenis tempe yang unik jika dibandingkan dengan jenis tempe pada umumnya, disebut unik dibandingkan dengan jenis tempe lainnya adalah pada bentuk dan ukurannya. Tempe godhong dawa memiliki panjang kurang lebih 20 cm dan lebar 10 cm, tempe ini dibungkus dengan daun pisang batu (Jawa: Gedang Kluthuk-pen).

Satu – satunya pengrajin tempe godhong dawa yang masih eksis sampai sekarang adalah Priyono alias pak “Kumis”. Priyono mengatakan dalam sehari, dia bisa memproduksi tempe kurang lebih 1000 sampai 1600 keping tempe.

“Untuk produksi tempe ini, saya menggunakan kedelai murni pilihan, sehari produksi sekitar 1000 – 1600 keping tempe, untuk saat ini produksi sedang menurun karena harga kedelai sedang tinggi, untuk 1 Kuintal (100 Kg) kedelai dengan harga Rp. 1.300.000 sebelumnya sekitar Rp. 900.000” kata Supriyono saat ditemui di rumahnya, Kamis, (23/2/2023).

Menurut Priyono, dalam 1 Kuintal kedelai jika sudah diproduksi atau diolah menjadi tempe akan menghasilkan sebanyak 2.000 keping tempe. Priyono dibantu oleh 4 orang tenaga produksi.

“Setiap hari produksi Mas, kira -kira untuk 1 kuintal bisa jadi dua ribu keping , saya dibantu 4 orang tenaga. Kira – kira Jam 11 mulai produksi” imbuhnya.

Sementara itu, harga per keping tempe godhong dawa, Priyono menjualnya dengan harga Rp. 750;- per keping. Penjualannya dilakukan di rumahnya yaitu di Jalan Jatisari 3, RT 07 RW XIII Dusun Peron Kelurahan Petarukan Pemalang. Priyono menjelaskan, jika ingin memesan tempe godhong dawa bisa langsung menghubunginya melalui nomor telephone 0817 – 9550 – 610 (bukan WhatsApp)

Baca Juga  Pastikan Berjalan Kondusif, Dansat Brimob Polda Jambi Tinjau Pengamanan Beberapa TPS di Kabupaten Merangin

“Para pedagang atau pembeli biasanya langsung datang ke rumah, sedangkan sisanya dijual di pasar Petarukan, Ya saya jual sendiri di luar area pasar, yang mau pesan lewat telephone juga bisa”kata Priyono.

Hampir 35 tahun lamanya Priyono menjalani usaha ini, usaha produksi tempe tersebut merupakan usaha yang diwariskan dari kakek dan neneknya. Selama ini, Priyono menuturkan bahwa dalam menjalankan usahanya terdapat kendala yakni terkait harga bahan baku yang tinggi , sehingga dirinya harus memutar otak untuk mengatur keuangan agar bisa beroperasi dan bisa membayar upah 4 orang tenaga.(RedG/Ts)

Komentar

Tinggalkan Komentar