Yogyakarta – Cublak cublak suweng//Suwenge ting gelenter //Mambu ketundhung gudhel//Pak empo lera lere//Sopo ngguyu ndele’akhe//Sir sir pong ndhle kopong//Sir sir pong ndhle kopong.
Bait lagu di atas adalah lirik tembang cublak cublak suweng, yakni salah satu tembang permainan tradisional dari daerah Jawa. Orang tua zaman dahulu tentunya sangat familiar dengan tembang tembang dolanan seperti tembang diatas. Dahulu tidak hanya cublak cublak suweng, ada jamuran, dingklik oglak aglik, ular naga, gobak sodor, petak umpet dan beberapa permainan lainnya akan mudah ditemukan sedang dimainkan oleh beberapa kelompok anak di lapangan dan halaman depan rumah. Berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, di tengah pesatnya perkembangan teknologi sangat sulit ditemukan dilingkungan pedesaan maupun di perkotaan anak-anak yang sedang bermain dan bercanda bersama di lapangan hingga senja tiba.
Canda dan senda gurau, saling berteriak, saling berkejaran, saling membantu dan menghormati menimbulkan sebuah kerinduan akan masa lalu. Banyak manfaat yang didapat dari bermain bersama selain melatih motorik anak, anak-anak berlatih kepemimpinan dengan bermain ular naga, anak-anak berlatih ketelitian dengan bermain engklek, anak-anak berlatih kerja sama tim, kekompakan, percaya diri serta kejujuran dengan bermain cublak-cublak suweng dan atau dingklik oglak aglik.
Nilai-nilai luhur ini jelas memberikan banyak kontribusi terhadap menanamkan nilai-nilai moral budi pekerti yang dapat berpengaruh terhadap karakter anak bangsa. Ki Hadjar Dewantara mengatakan bermain merupakan kodrat anak, sehingga melalui permainan anak dapat mendidik anak dengan mengintegrasikan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. bahwa Proyeksi akan suasana bermain dan keriuhan kelompok bermain anak ini jelas hanya menjadi sebuah kenangan yang sangat indah untuk diingat.
Di tengah maraknya game online dan game berbasis gadget lainnya permainan tradisional sedang bertahan untuk mengimbangi derasnya kemajuan teknologi. Tim pengabdian kepada masyarakat dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa tergerak untuk turut serta melestarikan permainan tradisional dengan mengembangkan aplikasi permainan berbasis teknologi Augmented Reality yang diberi nama Tandola.
Tim pengabdian kepada masyarakat yang terdiri dari Dr. Biya Ebi Praheto, M. Pd, Dr. Insanul Qisti Barriyah, Dinar Westri Andini, M. Pd., dan Dyan Indah Purnama Sari, M.Pd., mengambangkan sebuah program inovasi kreatif yang mampu mengembangkan keterampilan sensori motor anak-anak usia dini dengan mengajak anak-anak kembali bermain permainan tradisional berbalut teknologi yang dekat dengan konteks lingkungan sekaligus memanfaatkan salah satu metode tepat guna, menarik dan sesuai dengan kebaharuan yaitu teknologi interaktif Augmented Reality.
Aplikasi Tandola adalah aplikasi permaianan tradisional berbasis teknologi Augmented Reality. Penamaan Tandola (Taman Dolanan) berfilosofi pada ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara. Pengembangan aplikasi ini pun mengintegrasikan lima azas yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara yang dikenal dengan sebutan Pancadharma, yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Aplikasi Tandola dapat diakses dan di download melalui google playstore.
Di dalam aplikasi Tandola terdapat menu profil, menu download buku panduan, menu cara bermain, menu peran orang tua, menu animasi permainan lengkap dengan musik/tembang dolanan, menu animasi setiap gerakan, serta beberapa menu tambahan lainnya.
Proses sosialisasi dan penerapan aplikasi Tandola yang merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai diseminasi produk masih berlangsung hingga saat ini salah satunya diterapkan pada Komunitas Luku yang berada di Dusun Sarekan Canden Bantul. Kegiatan sosialisasi diikuti dengan kegiatan praktik permainan tradisional secara langsung. Aplikasi Tandola ini dikenalkan kepada orang tua terlebih dahulu agar dapat mendampingi anak-anak dalam menggunakan gawai. Mengoperasikan aplikasi ini tentunya tidak lepas dari pendampingan dan panduan dari orang.
Selain itu tidak hanya mendampingi, orang tua juga turut ikut bermain permainan tradisional ini sambil bernostalgia mengingat masa indah bermain bersama para kanca di lapangan dan halaman depan rumah. Aplikasi Tandola ini diharapkan dapat melestarikan permainan tradisional ditengah kencangnya teknologi, aplikasi permainan tradisional dengan balutan teknoloi Augmented Reality.
Selain itu aplikasi Tandola diharapkan memberikan kontribusi terhadap dunia Pendidikan dengan konsep edu-tainment yakni menyampaikan pembelajaran atau unsur pendidikandengan cara yang menyenangkan dan menghibur seperti yang telah lama diterapkan di Tamansiswa sejak tahun 1922. Belajar dengan bermain dan belajar prilaku baik melalui tembang-tembang yang mendidik. (RedG/Bherrio).