Konservasi Lewat Lomba Sapa Burung Jatimulyo 2022

Kulonprogo -  Lomba Sapa Burung Jatimulyo Tahun 2022, diawali dengan teriakan jargon penuh semangat

Karang Taruna Beraksi!!!!

Manuke lestari…. (Burungnya lestari)

Alame ora sepi… (alamnya tidak sepi)

Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi menggelar acara lomba pengamatan burung untuk menyebarluaskan semangat konservasi, dilaksanakan dua hari, Sabtu – minggu (26-27 Maret 2022), bertempat di Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo.

Acara dimulai dengan registrasi peserta pada hari Sabtu SORE dengan peserta Karang Taruna dari 7 Padukuhan ditambah dengan peserta undangan dari Desa Donorejo dan Desa Tlogoguwo.

KTH Wanapaksi telah bergiat bersama Yayasan Kanopi Indonesia dan BISA Indonesia untuk memperkuat kapasitas masyarakat Jatimulyo dalam pengelolaan Desa Ramah Burung, salah satunya adalah Lomba Sapa Burung Jatimulyo. Tujuan lomba ini untuk menyebarkan kegiatan konservasi burung kepada Karang Taruna di seluruh padukuhan, dan mengenalkan jenis jenis burung yang ada di Jatimulyo. Pada saat briefing malam, ketua panitia lomba sapa burung Suhandri menyampaikan bahwa kegiatan ini didukung oleh berbagai pihak dan komunitas. Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ) hadir sebagai pemandu peserta untuk memperkenalkan tata cara pengamatan burung, setiap tim terdiri atas 3 anggota Karang Taruna dan didampingi oleh 1 pemandu dari PPBJ. Kegiatan pengamatan burung dilaksanakan di beberapa dusun yang ada di Jatimulyo meliputi dusun Gunung Kelir, Dusun Sokomoyo, Dusun Kembang dan Dusun Banyunganti.

Briefing malam dilanjutkan dengan diskusi dan sharing bersama KTH Wanapaksi, Burung Indonesia dan pegiat avitourism. KTH Wanapaksi membakar semangat peserta dengan kilas balik perjalanan pelestarian burung di Jatimulyo. Para pemburu burung mulai menemukan titik balik ketika menyadari suara burung mulai sunyi di tengah belantara Jatimulyo. Tahun 2014 Peraturan Desa mengenai pelestarian alam menjadi pedoman gerakan konservasi burung di Jatimulyo demi mewujudkan Desa Ramah Burung. Langkah konservasi semakin mantap dengan pendirian Kelompok Hutan Wanapaksi pada tahun 2018. Selain itu, KTH Wanapaksi berhasil mengembangkan kegiatan adopsi sarang burung sebagai salah satu wujud komitmen berbagai lapisan masyarakat Jatimulyo untuk melestarikan burung. Hingga saat ini, kegiatan adopsi sarang burung telah berhasil memastikan 40 anakan burung berhasil terbang bebas di alam liar tanpa gangguan dari predator maupun tangan usil para pemburu.

Achmad Ridha Junaid, Biodiversity Officer Burung Indonesia juga menyampaikan materi mengenai arti penting burung sebagai layanan alam. Burung memiliki peran dalam pengendalian hama dan penyebaran biji. Selain itu burung juga dapat berperan sebagai penyerbuk bunga serta penyubur lahan dengan kotorannya.

Anang Batas, salah satu tokoh punya segudang prestasi baik dalam bidang public speaking, Fotografi, dan juga influencer memperkuat pergerakan konservasi di Jatimulyo dengan berbagi rasa tentang perjalanannya menyelami dunia pengamatan burung. Burung sangat dekat dengan keseharian masyarakat Jatimulyo yang dianugerahi keragaman burung yang melimpah. Hingga saat ini telah tercatat 107 jenis burung di desa ini yang belum tentu dapat dijumpai dengan mudah di luar desa. Namun pernahkah kita mensyukuri itu??? Begitulah Anang mengawali dialognya dengan para peserta untuk menularkan semangat membalas kebaikan sang alam yang sejatinya akan kembali lagi kepada kita: Jatimulyo sudah memberi banyak kepada kita, namun apa yang sudah kita berikan kepada Jatimulyo?

Perjalanan seorang seniman untuk terus berkarya di tengah pandemi dengan mendekat dengan alam. Diawali dengan memotret Merapi dan beralih ke pengamatan burung di Jatimulyo. Awalnya sekedar ingin mendapat foto burung dan berujung menikmati suasana  dan mendapatkan perasaan menyatu dengan alam. Ada tidaknya burung secara tidak langsung dapat menceritakan apa yang sedang terjadi pada suatu lingkungan. Menyukai kemudian Menikmati dan akhirnya akan merasa memiliki. Potensi alam yang ada diharapkan dapat diteruskan oleh generasi penerus, terlebih lagi dapat tertular ke sekitarnya.

Sinergi yang tercipta di Jatimulyo membuktikan bahwa peran setiap pihak sangat diperlukan untuk memperkuat gerakan konservasi. Adanya sistem sosial yang tercipta dari program adopsi burung merupakan suatu nilai tambah tersendiri.

“Bukan kekuatan yang membuat kita bersama, tapi kebersamaan yang membuat kita kuat” (Anang Batas, 2022).

Hingga hampir dini hari, diskusi-diskusi kecil masih terus berlangsung di Omah Naungan Kopi Sulingan. Namun demikian, barisan generasi muda ini tetap semangat menikmati kicauan burung menyambut pagi. Tepat pukul 07.30 para peserta sudah bergiat menelusuri jalan setapak diantara pepohonan demi mengenali kicau burung agar tetap lestari. Setelah pengamatan selesai, kegiatan dilanjutkan dengan penyelenggaraan kuis untuk merekam pemahaman peserta terhadap jenis-jenis burung di Kalurahan Jatimulyo. Selain itu, peserta juga berkesempatan untuk mempresentasikan salah satu jenis yang paling berkesan dalam kegiatan pengamatan. Cucak delima (Rubigula dispar), Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis), Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), Kadalan birah (Phaenicophaeus curvirostris), Burung-madu sriganti (Cinnyris jugularis) dan Cabai bunga-api (Dicaeum trigonostigma) menjadi jenis-jenis yang paling berkesan menemani langkah para peserta.

Rangkaian kegiatan ditutup pengumuman pemenang dengan rincian Juara I diraih oleh Karang Taruna Padukuhan Kembang, disusul oleh Karang Taruna Padukuhan Beteng dan Karang Taruna Padukuhan Sonyo sebagai Juara II dan Juara III. Kegiatan ini bukan semata-mata ajang perlombaan, namun lebih untuk memperkenalkan kegiatan pengamatan burung serta kegiatan konservasi kepada generasi muda. Berbagai harapan disematkan dalam benak para generasi muda ini, kegiatan Lomba Sapa Burung Jatimulyo diharapkan dapat menjadi inspirasi dan semangat agar lebih sadar lagi betapa penting nya semesta ini. Prasetyo, perwakilan Karang Taruna Padukuhan Sonyo menyampaikan keresahan nya; “, saya sendiri tidak bisa membayangkan jika burung semua ditangkap, bisa jadi kita mendapati pagi hari dengan kehampaan”. Sementara itu, Rusidi perwakilan Karang Taruna Padukuhan Kembang berharap lomba pengamatan burung dapat berlanjut dan kesadaran masyarakat Jatimulyo semakin meningkat agar burung tetap aman dan lestari. Harapan-harapan ini diamini oleh segenap peserta dan panitia, para generasi muda ini siap menjadi agen agen perubahan dan motor penggerak kegiatan pelestarian burung Jatimulyo dan sekitarnya. (RedG)

 

  • Penulis : Pantiati C
  • Editor : Sarwo Edy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *