oleh

Jangan Bagi-Bagi Kaos Saringan Tahu, Jika Politisi Betul-Betul Menyayangi Rakyatnya !

Penulis : Noer Imam (Masyarakat Pemalang) 

Pemalang – Sudah beredarkah kaos partai, caleg dan capres “saringan tahu” ? Sepertinya belum, karena penetapan resmi calon-calon legislatif dan calon Presiden belum waktunya.

Fenomena kaos partai (saringan tahu) menggelitik untuk dikritisi. Terus apanya yang menggelitik? Ngasih ke rakyat ala kadarnya, seperti asal-asalan dan irit biaya. Namun diharapkan berbondong-bondong mencoblosnya di TPS, bukanlah ini fenomena menarik?

Kaos partai atau caleg saringan tahu selalu menempati lantai-lantai rumah rakyat karena dijadikan serbet. Bernaung dibadan rakyat pada saat malam tiba, alias kanggo turu. Menempel didalam baju atau didalam kaos rakyat karena sebagai daleman.

Beruntung ada tukang-tukang becak atau orang tua yang nampak terpaksa memakainya, mereka bilang “kanggo telesan. Dan inilah segmen pemakai kaos-kaos partai saringan tahu.

Apakah bocah nom, ibuk-ibuk muda pengantar anak sekolah dan emak-emak arisan PKK mau memakai nya? Apakah bapak-bapak gaul yang gemar nongki dengan sejawatnya tak sungkan memakai nya? Aku tak yakin. Sekali lagi mungkin untuk penutup badan pada saat tidur atau digunakan pada waktu bebersih rumah.

Lantas pertanyaan nakalnya begini: apalagi berjibaku, berkorban jiwa dan raga membela kepentingan rakyat, sekedar membagi-bagi kaos kepada rakyat untuk pemenangan mereka irit budjet, sehingga tak layak pakai menurut pandangan umum.

Idealnya rakyat kudu dihargai oleh para wakilnya sejak dini. Minimal membagi-bagi kaos yang nyaman dipakai, bukan berarti bagus dan mahal. Sekali lagi yang penting bukan berbahan saringan tahu.

Kaos partai saringan tahu segmented, sebab yang tak malu-malu memakainya sebagian kecil pemilih. Lantas maksud dan tujuan pembagian kaos tersebut apakah tercapai? Ketika sebarannya terbatas?

Harapannya dikenal luas oleh masyarakat umum namun jauh panggang dari api. Memang betul ada spanduk atau benner dan baliho, akan tetapi kaos punya nilai tersendiri. Karena melekat di badan rakyat dan terpakai dalam kurun waktu yang lama.

Baca Juga  Megawati dan Jokowi Kompak Biarkan Ganjar Dicapreskan oleh KIB?

Pernahkah anda melihat orang memakai kaos caleg atau peserta pilkada periode-periode masa lampau? Pasti sesekali pernah. Artinya kaos itu tak ada basinya bukan?

Spanduk atau benner ketika momentum kampanye rampung wajib tercopot semua tanpa terkecuali. Sementara kaos tidak, selagi masih bisa dipakai mau didapat bertahun-tahun yang lalu tetap terpakai. Itulah mengapa kaos ada nilai lebih ketimbang spanduk dan baliho.

Kita tunggu bersama apakah pada pemilu tahun depan masih bertebaran kaos-kaos partai saringan tahu? Semoga tidak. Aamiin…(RedG)

Komentar

Tinggalkan Komentar