oleh

Jalan Ninja Si Rambut Putih

Penulis : Ronggo Wijaya 

Semarang – Lagi-lagi aku dibikin shock. Bagaimana mungkin, seorang Ganjar yang tampak begitu nasionalis tiba-tiba bersuara soal penolakan tim sepakbola Israel pada piala dunia U-20 yang akan digelar di Indonesia.

Apa bedanya coba Ganjar dengan kadrun-kadrun itu, yang suka teriak-teriak membawa isu agama untuk kepentingan golongannya?

Kaget, marah, sampai nggak berhenti memaki-maki sendiri. Begitulah reaksiku saat pertama kali membaca berita bahwa Ganjar, sosok yang selama ini aku kagumi, justru ikut menolak keikutsertaan Israel. Kenapa ia malah terjebak pada sentimen agama? Begitu aku menduga.

Semalam suntuk aku bahkan sampai berdebat dengan kawanku gara-gara soal ini. Aku yakin di luar sana pasti juga banyak yang ikut ngomongin isu tersebut. Apalagi di medsos, ramai banget. Banyak yang menghujat Ganjar.

Sialnya, melihat aku marah-marah, kawanku justru menilai bahwa aku berpikiran sempit.

“Bro, jadi tuan rumah piala dunia itu sudah harapan kita dari dulu, masa harus gagal cuma gara-gara soal Israel. Ini yang bikin aku kecewa pada Ganjar, olahraga itu gak ada urusannya sama agama. Jadi siapa yang pikirannya sempit?” Aku menyanggah.

“Yang bilang piala dunia batal itu siapa? Dengar, kita harus lihat persoalan ini secara luas. Asal kamu tahu, isu penolakan Israel ini memang sengaja digunakan pihak tertentu untuk menggoyang pemerintahan Jokowi. Mereka memang ingin agar piala dunia di Indonesia gagal.”

“Lho, Ganjar kan pihak pemerintah, kalau ingin piala dunia tetap berjalan, ya gakpapa Israel main dong, malah dilarang.”

“Nah, di sinilah hebatnya seorang Ganjar.”

“Maksudmu? ” Aku bertanya, berusaha meraba-raba arah pikiran kawanku.

“Potensi kerusuhan sangat mungkin terjadi jika Israel tetap main ke Indonesia. Bahkan besar-besaran, karena ini sudah mereka rencanakan. Bayangkan, kerusuhan terjadi saat piala dunia di Indonesia berlangsung gara-gara ada Israel. Tentu nama Indonesia akan tercoreng di mata dunia, belum lagi akan banyak memakan korban.”

Baca Juga  Puasa Sehat, Ini Tip Dari Dian Eka Sari

Sampai disini aku masih berusaha meraba-raba penjelasan kawanku. Kopi sudah mau habis, hampir menyentuh ampas. Tapi pikiranku masih panas. “Jadi maksudmu Ganjar berusaha meredakan potensi kerusuhan itu?” Aku coba menebak.

“Bukan saja meredakan, tapi mencegah. Ganjar langsung berinisiatif dengan ikut melobi kementerian terkait, PSSI juga diajak rembugan untuk melakukan terobosan bicara dengan FIFA supaya perhelatan Piala Dunia tetap digelar tanpa keikutsertaan Israel.”

Setelah memberi penjelasan itu, dia lalu mencecap kopi dan menyalakan rokoknya.

“Ganjar menunjukkan sikapnya sebagai negarawan sekaligus pemimpin sejati. Ia berpikir visioner, mengedepankan kedamaian, sekalipun jelas resiko besar menghadangnya. Jadi bukan sentimen agama seperti dugaanmu, itulah sebabnya aku bilamg pikiranmu sungguh sempit.”

Tidak sampai situ saja. Sikap penolakan Israel itu menurut kawanku, justru semakin menunjukkan kematangan politik seorang Ganjar. Sebab dengan masuknya Ganjar pada pusaran isu itu, membuat tokoh-tokoh kadrun tidak bisa leluasa lagi mengembangkan sentimen agama untuk mengoyak-oyak negara ini.

“Di sinilah kejelian seorang Ganjar, dia masuk ke pusaran isu itu bukan untuk membela kadrun, tapi justru untuk menghentikan kebrutalan kadrun. Jelas mereka tidak bisa lagi teriak-teriak karena nantinya hanya akan membesarkan nama Ganjar. Sangat luar biasa cara yang Ganjar ambil untuk menyelamatkan bangsa ini.”

Kali ini kopi benar-benar sudah habis, tidak bisa diminum lagi. Aku lalu mengambil air putih sebagai gantinya, sekaligus untuk menetralisir tenggorokan.

Kalau dipikir-pikir, apa yang disampaikan kawanku memang sangat masuk akal. Artinya Ganjar telah berdiri dan berjaga di pintu, agar Kadrun tidak bisa lewat. Semata-mata itu dilakukan Ganjar demi kondusifitas.

Setelah perdebatan itu, aku tetap tidak berhenti untuk mencari tahu informasi lebih banyak. Baik dari membaca, maupun diskusi dengan kawan-kawan yang lain.

Baca Juga  Pengaruh Mendengarkan Musik Saat Belajar

Jika melihat sejarah, memang sudah dari dulu sejak zaman Bung Karno, bangsa Indonesia turut memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Amanat negara kita juga jelas, “Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan.”

Aku pun kemudian menyadari, bahwa olahraga memang bukan politik, tidak ada sangkut pautnya pula dengan agama. Tapi kemanusiaan berdiri di atas apapun. Kenyataannya, pada Piala Dunia Qatar tahun lalu, FIFA melarang tim Rusia melanjutkan pertandingan melawan Polandia di babak Play-off. Alasannya karena Rusia memerangi Ukraina.

Sanksi itu bahkan diberikan FIFA kepada semua klub sepakbola di Rusia untuk tidak bisa berlaga di ajang pertandingan internasional apapun.

Jadi setelah aku cermati, sikap Ganjar juga adalah sebuah ketegasan agar FIFA juga bisa bersikap adil. Bagaimana mungkin, Israel yang terus memerangi Palestina sejak 1948, tetap asik-asik saja tanpa diberi sanksi apapun?

Dari sinilah aku jadi semakin tahu sisi kenegarawanan seorang Ganjar Pranowo yang sangat berani. Dengan protesnya ini, Ganjar telah membuat Indonesia di mata FIFA dan dunia, tidak bisa dipandang remeh. Ganjar bukan saja mampu meredakan potensi konflik yang bakal terjadi di negerinya sendiri, namun juga membuat harga diri bangsa Indonesia kembali disegani.

Demi kebaikan yang belum semua orang tahu inilah Ganjar rela dihujat dan dicaci oleh masyarakat Indonesia.

Itulah jalan ninja seorang Ganjar untuk menjaga keutuhan negara ini. Apapun akan dilakukannya sekalipun harus mengorbankan dirinya sendiri. Setelah melihat fakta-fakta itu, aku semakin yakin, bahwa memang tidak salah jika aku mengidolanan Ganjar. (RedG)

Komentar

Tinggalkan Komentar