oleh

Islam dan Etika Bermedia Sosial

Penulis :  Ulul Aedi, M.Ag (Dosen Fakultas Dakwah UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto)

Purwokerto– Perkembangan adalah sebuah keniscayaan. Salah satu yang selalu berkembang adalah teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi membawa kita pada kehidupan sosial yang baru. Jika dulu untuk berinteraksi dengan sesama manusia kita hanya bias lakukan dengan tatap muka. Di zaman ini kita dapat bersosiali tanpa harus melakukan tatap muka secara langsung. Maka, saat dikenal ada dunia dunia, yaitu dunia nyata dan dunia maya.

Dunia nyata memiliki sifat riil. Aktor sosial dapat dilihat dan diamati secara langsung. Perilaku, sikap, dan bahkan gestur manusia bias disaksikan secara langsung. Berbeda dengan dunia nyata, dunia maya memiliki sifat sebaliknya. Dunia maya tidak bersifat nyata, dalam artian dapat disaksikan secara langsung. Setiap aktor dalam dunia maya hanya menampilkan akun sebagai identitas dirinya. Hal ini membuat kita tidak dapat melihat dan mengamati langsung antara yang satu dengan yang lain. Keadaan tersebut membuat sebagian pengguna dunia maya merasa “nyaman”. Mereka memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Kebebasan tersebut terkadang samapi melampaui batas. Berita bohong, komentar miring, fitnah, sampai pencemaran nama baik sering terjadi akibat kebebasan tersebut. Fenomena tersebut tak ayal menjadikan sebagian yang lain merasa terganggu dan bahkan merasa dirugikan.

Mengatasi hal tersebut, pemerintah juga telah mengeluarkan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Meskipun demikian, masih banyak dari penduduk dunia maya yang tidak memahami dan bahkan melanggar aturan yang ada. Sebagai mana dilansir dari kompas .com kasus pelanggaran UU ITE dari 2015-2021 terus mengalami peningkatan. Keadaan ini membuktikan jika UU ITE pun tidak cukup untuk membatasi “kemerdekaan” penduduk dunia maya.

Salah satu upaya yang bias di lakukan oleh masyarakat adalah menanamkan etika bermedia social. Etika sendiri diartikan sebagai karakter (Ethos : Yunani). Lebih lanjut etika diartikan sebagai sebuah ilmu yang membahas tentang nilai. Richard J menyatakan etika adalah upaya mengamati perilaku masyarakat sebagai bentuk cerminan hati nurani. Burhanudin Salam mengatakan Etika adalah ilmu tentang nilai yang melekat pada mayarakat, baik ataupun buruk. Etika juga dapat disebut sebagai moral. Maka etika dalam media social adalah memperhatikan nilai-nilai di masyarakat dalam penggunaan media social.

Dalam dunia Islam, etika menjadi hal yang memiliki  ilia luhur. Bahkan menjadi inti dari ajaran islam itu sendiri. Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah mengatakan “sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq”. Kaitannya degan komunikasi Rasulullah juga bersabda “ barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah baik atau (kalua tidak bias lebih baik) diam”. Dua sabda tersebut mengisyaratkan jika etika, moral atau akhlak menjadi ajaran utama dalam Islam. Islam tidak menghendaki pemeluknya untuk menyakiti orang lain, baik fisik ataupun psikologis. Dengan demikian baik negara maupun agama islam kompak menyerukan agar setiap manusia memperhatikan nilai-nilai kemasyarakatan dalam menggunakan media social.

Baca Juga  Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental 

Untuk menerapkan etika dalam bermedia social, ada beberapa hal yang bias dilakukan. Hal-hal berikut juga bisa menjadi indicator untuk orang yang beretika di media social. Hal-hal tersebut adalah :

  1. Menjaga informasi Privat

Wilayah privat adalah wilayah individu yang harus dijaga. Memberikan informasi privat tidak hanya membahayakan diri kita, namun terkadang juga melanggar etika. Wilayah privat terkadang menjadi hal yang tidak etis untuk dipertontonkan ke banyak orang. Semisal pertengkaran suami istri dalam keluarga, apa lagi sampai terjadi kekerasan di dalamnya. Selain itu terlalu mengekspose privasi juga dapat menumbuhkan keinginan orang lain berbuat jahat dengan kita. Missal, menginformasikan detail alamat rumah di medsos, data diri, atau data keluarga. Hal tersebut tentunya mempermudah orang yang memiliki niatan jahat untuk melaksanakan niatnya. Sengan demikian menjaga informasi privat dalam bermedia menjadi suatu keharusan bagi kita.

  1. Menjaga etika berkomunikasi

Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Di dalam prosesnya, komunikasi paling tidak melibatkan dua orang. Karena melibatkan dua orang, maka sikap dan moral kita perlu dijaga agar tidak menyinggung bahkan menyakiti orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda nabi “barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik, atau diam”. Tujuan sosialisasi atau interaksi adalah untuk saling mengenal dan melengkapi, bukan untuk saling bermusuhan. Berinteraksi dengan orang lain memiliki tujuan untuk membangun dan memperluas jaringan. Hal tersebut bisa terwujud dengan menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain, tak terkecuali di dalam dunia maya. Dengan menjaga etika berkomunikasi tidak hanya tidak menyakiti orang lain, namun juga akan memperluas jaringan kita.

  1. Bijak dalam memilih teman

Dalam sebuah syair di dalam Ta’limul Muta’allim dikatakan “ jika ada orang yang memiliki tabi’at buruk segera jauhi dia, dan jika orang tersebut memiliki tabi’at baik, dekatilah dia maka kamu akan beruntung”. Penggalan sya’ir tersebut memberikan informasi kepada kita agar hendaklah memilih teman yang baik. Teman yang baik akan menunjukkan kita pada kebaikan, sebaliknya teman buruk akan membawa keburukan kepada kita. Hal ini berlaku di dunia maya, ketika kita bergabung dengan group yang diisi orang buruk, maka kita akan terstimulan mengikuti mereka. Kita menjadi orang yang tidak cerdas dan tidak bijak dalam menggunakan media social. Kita hendaknya bersikap bijak dalam memilih dan menetukan teman di dalam media social. Hal itu agar kita tetap dapat menjadi orang yang bijak dan memiliki etika dalam menggunakan media social.

  1. Memposting hal-hal yang bermanfaat
Baca Juga  Eksport Benih Lobster Perlu Komitmen Tata Kelola yang Benar

Dalam Islam ada prinsip “salah satu indicator kebaikan kualitas keislaman seseorang adalah meinggalkan segala hal yang tidak bermanfaat”. Sesuatu yang tidak bermanfaat saja tidak dianjurkan untuk dilakukan dalam islam, apalagi sesuatu yang tidak baik. Termasuk hal yang tidak bermanfaat adalah berita bohong atau yang dikenal dengan berita hoax. Di damping tidak bermanfaat, berita hoax juga dapat merugikan orang lain. Sebagai bentuk etika dalam bermedia social, hendaknya kita senantiasa memposting hal-hal yang baik dan bermanfaat. Jangan sampai kita memposting hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan merugikan orang lain.

  1. Mencari kebenaran dan mencantumkan sumber

Salah satu ciri dunia maya , kita tidak tahu persis sumber informasi. Untuk itu kita harus membiasakan diri untuk kroscek informasi yang kita terima. Biasakan diri kita untuk menganalisi pesan-pesan yang ada di media sosial. Proses klarifikasi ini juga dianjurkan dalam Islam. Dalam al-Qur’an dikatakan “jika datang kepadamu kabar besar, maka klarifikasilah !”. Menerima informasi tanpa klarifikasi akan menimbulkan kemudharatan. Tanpa adanya klarifikasi kita akan terbiasa meneruskan pesan-pesan yang belum tentu kebenarannya. Hal ini juga dapat membuat kegaduhan di masyarakat jika pesan yang kita teruskan mengandung unsur hoax, fitnah atau menyangkut pencemaran nama orang lain. Untuk itu, kita hendaknya senantiasa kroscek informasi dan mencantumkan sumber pesan yang kita teruskan.

  1. Waspada

Hal terakhir yang bisa dilakukan sebagai bentuk etika bermedia sosial adalah waspada. Kita harus senantiasa waspada terhadap segala kemungkinan. Waspada terhadap penipuan, berita hoax dan juga pencemaran nama baik. Peningkatan kewaspadaan akan menjadikan kita menjadi lebih aman dari berbagai kemungkinan buruk. Dengan sikap waspada kita menjadi orang yang lebih bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi.

Keenam hal tersebut adalah hal-hal yang bisa menjadikan kita memiliki etika dalam bermedia sosial. Semoga bermanfaat dan semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki etika dalam bermedia social.    (RedG)

 

Komentar

Tinggalkan Komentar