Guru di Era Digital

Penulis : Tri Indarti, S.Pd., M.Pd (Kandidat Doktor), Guru SDN 1 Granting

Klaten – Pandemi sebagai sebuah ancaman bagi warga negara sehingga pemerintah mulai menetapkan status darurat, dimana ini berdampak pada berbagai sektor dalam berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali pada pendidikan. Adanya perubahan kegiatan belajar mengajar, yang biasanya dilakukan dengan metode tatap muka dengan adanya kebijakan dari pemerintah untuk mendukung upaya pencegahan virus covid-19, sehingga kegiatan belajar dilakukan dengan daring.

Kebijakan yang dilatarbelakangi karena adanya pandemi membuat wajah pendidikan kita tidak seperti biasanya, sehingga ada banyak perubahan-perubahan yang harus disesuaikan dengan cepat yang itu sangat membutuhkan banyak energi, pikiran, bahkan waktu yang tersita hanya karena untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Sebagai tenaga pengajar yang dituntut untuk selalu terus berinovasi demi perkembangan pendidikan juga mulai menyesuaikan dengan apa yang dianjurkan oleh lembaga-lembaga pemerintahan baik tingkat pusat, provinsi, bahkan daerah.

Mengajar dimasa pandemi adalah suatu tantangan besar dimana selain memikirkan hal yang berurusan dengan administrasi juga yang paling penting adalah bagaimana materi yang kita sampaikan bisa diserap oleh peserta didik dengan baik, sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengerti pada setiap pelajaran yang diberikan. Seperti salah satu contoh misalnya, yang kerap kali dirasakan bahwa mengajar dimasa pandemi itu ada banyak tantangannya yaitu dalam hal seperti pembuatan kurikulum darurat, rencana pelaksanaan pembelajaran yang harus disederhanakan demi membuat peserta didik cepat dalam memahaminya, kegiatan belajar jarak jauh yang tidak semua peserta didik dapat mempunyai akses untuk melakukan hal tersebut, sebagai tenaga pendidik tentu itu menjadi hal yang harus dikerjakan

Dunia pendidikan nampaknya perlu terus mentransformasi diri agar bisa menyesuaikan dan mempersiapkan peserta didik memasuki dunia baru. Diperlukan sosok guru yang mampu menjalankan peran kompleks dan mampu menyesuaikan dengan tuntutan kompetensi guru saat ini. Selain itu guru idealnya merupakan seorang sosok atau profil guru yang efektif dalam memfasilitasi pembelajaran di era pandemic covid 19. Guru perlu tampil memesona di hadapan peserta didik karena dapat memberikan sentuhan langsung yang berpengaruh kuat terhadap motivasi belajar peserta didik. Guru memesona yang selalu penuh semangat, canggih, humoris, cerdas membuat analogi dan metafora, mampu berempati dan memahami konteks berpikir peserta didik. Peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman semakin tertinggal sehingga tidak bisa memainkan perannya secara optimal dalam mengemban tugas dan menjalankan profesinya.

Kehadiran era media (digital age) sangat berpengaruh pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan karakteristik peserta didik. Pembelajaran menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi, serta pengelolaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher centred) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centred) karena sumber belajar digital dan lingkungan yang bisa dieksplorasi melimpah. Guru berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator sekaligus leader dalam proses pembelajaran. Pola pembelajaran konvensional bisa dipahami sebagai pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah (transfer of knowledge) sedangkan peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Kemampuan pedogogi dengan pola konvensional dipandang sudah kurang tepat dengan era saat ini. Metode dan media yang tepat berdampak pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Selain memotivasi peserta didik guru harus pandai memanfaatkan media pembelajaran, alat dan bahan pembelajaran, dan sarana lainnya. Kompetensi guru untuk memfasilitasi dan menginspirasi peserta didik dalam belajar dan menumbuhkan kreatifitas tentunya harus diawali dengan penguasaan materi yang baik dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut dalam pembelajaran, menggunakan teknologi untuk memfasilitasi pengalaman belajar yang menumbuhkan kreatifitas peserta didik melalui pembelajaran dengan lingkungan tatap muka maupun lingkungan virtual. Di era digital ini, guru diharapkan mampu mendesain, mengembangkan dan mengevaluasi pembelajaran secara autentik melalui pengalaman belajar dengan menggabungkan alat evaluasi terkini dan mengoptimalkan isi dan lingkungan pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku peserta didik. Guru juga diharapkan mampu menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan proses kerja yang representatif dari seorang profesional yang inovatif dalam masyarakat global dan digital, dengan menunjukan sistem teknologi untuk mentrasfer pengetahuan dalam berbagai situasi. Selain dari itu tuntutan berkolaborasi dengan peserta didik, teman profesi, orang tua dan komunitas dengan memanfaatkan tool digital dan peralatan untuk mendukung kesuksesan peserta didik dalam belajar. Kemampuan guru dalam memahami isu-isu lokal dan global dan tanggap terhadap perubahan budaya digital yang berkembang dan menunjukkan tindakan dengan menjunjung tinggi etika dalam praktik profesionalnya. Kompetensi ini penting dimiliki oleh guru era digital, karena pengetahuan dan informasi sangat cepat baik lokal maupun global yang terkadang belum tentu sesuai dengan norma dan belum tentu teruji kebenarannya, karena itu informasi dan pengetahuan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan ketika akan dijadikan sebagai bahan kajian dalam pembelajaran.

Pemerintah sebagai regulator perlu membantu guru untuk tetap fokus mendidik anak bangsa. Tidak mengungkung guru sebagai petugas administrasi semata. Tentu bukan semata tugas pemerintah pusat. Baik pemerintah daerah, sekolah, maupun guru sebagai individu juga harus bersama-sama membangun guru-guru pencerah zaman. Para guru harus didukung secara struktural melalui berbagai regulasi yang menjamin mereka dapat mendidik secara lebih merdeka.  Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim terdorong karena keinginannya menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu. sistem pengajaran juga akan berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem peringkat (ranking) yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat meki dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat. (RedG)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *