oleh

Diskusi dan Silahturohmi Yayasan Peradaban Bumi Mataram

Surakarta- Bertempat di Ruang Pertemuan Masjid Agung Keraton Surakarta diadakan Diskusi dan Silahturahmi Yayasan Peradaban Bumi Mataram (YPBM), Sabtu (13/6).

Gombloh selaku bidang humas mengatakan bahwa Diskusi dan Silahturohmi YPBM dihadiri para Pendiri, Pengawas, Dewan Pakar dan Pengurus serta Dewan Pakar YPBM. Diskusi dan Silahturohmi YPBM dibagi 2 sesi, yakni sesi pertama offline dan sesi kedua online dengan menggunakan Zoom Meeting bersama.

Ketua Umum Yayasan Peradaban Bumi Mataram (YPBM) Dr Bramastia, M.Pd di damping KRT HM Muhtarom Pujodipuro, MSi, M.Pd (Imam Masjid Agung Keraton Surakarta) selaku Sekretaris Umum dan Sudjarwo, SE,MM (Bendahara Umum) serta KRH Supradi Kertamenawi (Mantan Sekda Solo) selaku Pendiri, dalam sambutan mengatakan bahwa YPBM harus menjadi organ penggerak mengembalikan nilai-nilai budaya lokal agar kembali eksis di era sekarang.

“Kita harus belajar dari pelajaran Kitab Wulangreh karya Paku Buwono IV tentang Jono Jowo Tanpo Islam, Jono Islam Tanpa Jowo yang artinya Jangan sampai orang Jawa tidak Islami, jangan sampai orang Islam Jawa kehilangan Jawanya,” kata Dr. Bramastia, M.Pd.

Sedangkan Ketua Dewan Pembina serta Pendiri Yayasan Peradaban Bumi Mataram (YPBM) Dr. HR Andi Budi Sulistijanto, SH,M.IKom dalam pesannya mengatakan bahwa keberadaan YPBM sebagai upaya menggagas peradaban budaya yang lebih baik yang berbasiskan kearifan lokal.

“Untuk itu, perlu kiranya kita melakukan kolaborasi dalam mengembangkan budaya nasional karena membangun budaya untuk menjaga kebhinekaan Indonesia. Keberadaan YPBM menjadi ruang ekspresi bagi pengurus untuk membesarkan lembaga serta menjaga budaya warisan Mataram dengan konsep baru, “ tegas Dr. HR Andi Budi Sulistijanto, SH,M.IKom.

Pada sesi pertama, pemaparan Arry Basuseno, M.BA, Ph.D (Rektor Universitas Matana, Mantan Pimpinan Bank Mandiri serta Pendiri dan Ketua 1 YPBM) dan Dr. Arif Ahyat, MA (Akademisi dan Sejarahan Universitas Gajah Mada).

Baca Juga  ISI Surakarta Gelar Pameran Festival Bebas Batas

Menurut Arry Basuseno, M.BA, Ph.D bahwa konsep Peradaban Mataram harus dijelaskan seperti apa.Sehingga keberadaan Yayasan kedepan mampu membangun fundamental budaya Indonesia untuk mendalami akar budaya Nusantara. Setelah mengembalikan budaya akar bangsa Indonesia, maka kedepan akar budaya ini menjadi visi, misi dan program Yayasan kedepannya.

Sedangkan, menurut Dr. Arif Ahyat mengatakan bahwa konteks Mataram Legacy ini sangat penting. Yayasan harus memahami tentang Sejarah dan Manajemen Budaya Mataram. Sehingga kedepan YPBM harus mampu melakukan inovasi budaya Mataram melalui riset ilmiah tentang budaya Mataram.

Sedangkan, Prof Dr Ravik Karsidi, MS (Mantan Rektor UNS Surakarta, Staf Ahli Menko PMK) selaku Pembina Yayasan Peradaban Bumi Mataram (YPBM) juga menyarankan perlunya menggali budaya adiluhung menjadi budaya yang bernilai kekinian, misalnya seperti Solo Masa Depan adalah Solo Masa Lalu.

“Pengurus harus komitmen dalam membangun peradaban Mataram. Bagaimana kejayaan Mataram ini bisa kita aktualisasi dalam konteks kekinian, sehingga perlu di tulis dalam dokumen, disepakati dan di realisasi dalam bentuk program,” demikian penjelasan Prof Dr Ravik Karsidi, MS.

Pada sesi kedua, diskusi dan silahturohmi YPBM juga dilakukan lewat Zoom Meeting bersama para Dewan Pakar Yayasan Peradaban Bumi Mataram (YPBM), diantaranya Prof Dr Burhan Bungin, M.Si, Ph.D, CIQaR (Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra), Dr. Drs. Marlinda, SE, MSi, CIQaR (Direktur Sekolah Pascasarjana Usahid Jakarta), Prof Dr Agus Sukristyanto, M.S (Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya), Prof Dr. Sahid Teguh Widodo (Ketua Pusat Studi Javanologi UNS Surakarta) serta Dr. Hudi Asrori Sayuti, SH, MH (Dosen FH UNS Surakarta) selaku Pengawas YPMB.

“Acara Diskusi dan Silahturohmi YPBM berjalan sangat lancar dan penuh dengan semangat kebersamaan untuk membesarkan lembaga dan membangun nilai budaya Mataram, “ terang Gombloh.( red )

Komentar

Tinggalkan Komentar