Jakarta – Anggota DPR RI dari fraksi PKS, Hamid Noor Yasin memberi dukungan sebesar-besarnya kepada pemerintah untuk mengadvokasi Sawit Indonesia di forum WTO. Saat ini, pemerintah melalui Wakil Menteri Perdagangan sedang menggugat diskriminasi di pasar dunia terutama Eropa. Kelapa sawit Indonesia mendapat hambatan di pasar Uni Eropa (UE) karena dirasa tidak ramah lingkungan.
“Saya sangat mendukung sekali upaya pemerintah yang saat ini sedang berjuang di forum Internasional. Black campaign yang dilakukan oleh negara-negara maju sangat berlebihan. Mereka lupa Indonesia pada saat ini juga, telah mensuplai Oksigen dan penyerap CO2 sehingga Indonesia menjadi Negara paru-paru dunia”, ucap Hamid
Anggota komisi IV tersebut menjelaskan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau. Total daratan seluas 193 juta ha dan lautan seluas sekitar 500 juta ha. Faktanya adalah, kekayaan hutan Indonesia merupakan Hutan Tropis Terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Dan secara efektif, hutan Indonesia berfungsi sebagai filter dalam mengurangi pemanasan global secara signifikan.
Legislator asal Jawa Tengah ini sangat heran, kepada masyarakat dunia yang menghakimi sawit Indonesia merusak lingkungan. Mereka tidak melihat begitu besarnya kontribusi Indonesia dalam mengendalikan lingkungan dunia terutama stabilitas oksigen dan lapisan ozon. Berkaitan dengan Sawit Indonesia, ia sangat yakin bahwa Bangsa ini mampu mengefektifkan implementasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), dan Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).
Sebelumnya, lanjut Hamid, tahun 2019 lalu, Uni Eropa telah mengesahkan proposal energi yang menghapus pemakaian minyak nabati atau biofuel yang bersumber dari kelapa sawit. Kebijakan ini memukul ekspor kelapa sawit Indonesia yang selama ini menyasar pasar Eropa.
“Saya mendoakan kepada duta negara kita, agar gugatan resmi negara Indonesia kepada Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO pada 9 Desember 2019 mendapatkan hasil. Pada pekan ini diplomasi masalah sawit di eropa ini sedang berlangsung”, jelas Hamid.
Politisi PKS tersebut mengatakan, saat ini memang pelaku usaha sawit di Indonesia kebanyakan pengusaha besar. Namun mesti di akui bahwa sawit ini merupakan komoditas yang menyumbang penerimaan negara cukup besar di sektor non migas. pada tahun 2018 saja, nilai ekspor sawit mencapai US$ 17,89 miliar dan berkontribusi hingga 3,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Komoditas sawit ini telah membantu 10 juta orang keluar dari garis kemiskinan sejak tahun 2000. diperkirakan 1,3 juta orang hidup di pedesaan keluar dari garis kemiskinan secara langsung berkat kelapa sawit. Semoga Indonesia memenangkan negosiasi komoditas sawit ini di Eropa”, tutup Hamid Noor Yasin.( red )
Komentar