oleh

Budaya Literasi Pondasi Generasi Emas

Oleh : Astutiati, S.Pd (SDN 1 Brangkal, Wedi, Klaten)

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Orang tua, sekolah, dan lingkungan merupakan tempat anak untuk memperoleh pendidikan. Kegiatan pendidikan itu tidak terlepas dari literasi. Literasi merupakan seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. Ada bermacam-macam keberaksaraan atau literasi, misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy).

Seseorang dikatakan literat jika ia sudah mampu memahami sesuatu karena mendapatkan informasi yang tepat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kepekaan atau literasi pada seseorang tentu tidak muncul begitu saja. Tidak ada manusia yang sudah literat sejak lahir. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses panjang dan sarana yang kondusif. Proses ini dimulai dari kecil dan dari lingkungan keluarga, lalu didukung atau dikembangkan di sekolah, lingkungan pergaulan, dan lingkungan pekerjaan. Seseorang akan dapat dengan mudah memahami konsep literasi jika memiliki pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tentu akan semakin memudahkannya untuk dapat memahami konsep literasi. Dengan memiliki kemampuan literasi yang baik diharapkan mutu pendidikan akan semakin baik pula.   Penanaman literasi sedini mungkin harus disadari karena menjadi modal utama dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dan berbudaya. Permasalahan yang dihadapi Indonesia yaitu rendahnya penguasaan literasi yang dibuktikan melalui survey Programme for International Student Assesment (PISA). Survey menunjukkan Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara dalam penguasaan literasi. Padahal, budaya literasi bermanfaat dalam mewujudkan peran generasi muda dalam aspek pembangunan Negara.

Generasi muda memiliki kepribadian unggul dan mampu memahami pengetahuan serta teknologi untuk bersaing secara lokal dan global. Selain itu, generasi muda menjadi faktor penting karena memiliki semangat juang yang tinggi, solusi yang kreatif, dan perwujudan yang inovatif. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi aktualisasi generasi unggul. Untuk bisa bersaing dengan negara lain, generasi muda harus mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dunia dengan meningkatkan kualitas SDM. Kualitas SDM berarti kemauan dan kemampuan individu dalam menyerap ilmu yang kemudian dikembangkan dan diimplementasikan. Oleh karena itu, salah satu langkah sederhana namun penting adalah menanamkan pentingnya literasi bagi generasi muda.

Sampai saat ini tingkat kesadaran akan literasi tergolong rendah terutama dikalangan orang tua dan lansia. Program yang ada masih belum berjalan dengan efektif karena hanya mengenai sasaran kalangan anak-anak dan remaja. Sehingga, perlu pemerataan sasaran yaitu, pada kalangan orang tua dan lansia sebab orang tua merupakan sumber pendidikan yang paling utama dalam keluarga. Jika keseluruhan orang tua memiliki kesadaran dalam hal literasi maka akan menciptakan masyarakat yang maju dalam hal: ekonomi, karakter, pendidikan, dan informasi terbaru.

Fenomena yang terjadi di masyarakat minat baca pada anak-anak terus menurun setiap tahunnya. Bukan hanya anak-anak yang memiliki kesadaran yang rendah untuk membaca buku bahkan orang tua pun juga menjadi faktor yang sangat besar. Karena perilaku anak rata-rata meniru orang tua. Jika orang tua memiliki kesadaran membaca yang rendah maka 90% anak juga akan malas untuk membaca. Sehingga dibutuhkan peran serta dari masyarakat dan juga pemerintah untuk meningkatkan kembali minat baca pada orang tua agar bisa merangsang anak untuk membaca buku. Hubungan antara masyarakat maju dengan literasi sangatlah kuat. Dimana masyarakat yang dikatakan telah maju adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan yang luas. Akan tetapi sekarang masyarakat semakin maju tetapi tidak diikuti dengan literasinya.

Baca Juga  Menangkal Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Nilai-Nilai Pancasila

Banyak orang yang mulai meninggalkan membaca buku dan lebih memilih untuk bermain dan sibuk dengan gadget mereka. padahal sebuah masyarakat dikatakan maju jika mereka mendapat banyak pengetahuan dengan cara membaca buku. Sehingga korelasi antara masyarakat maju dan literasi sebenarnya sangat kuat. Tanpa sebuah buku memang masyarakat masih bisa tetap mendapatkan pengetahuan atau informasi. Tapi kesadaran untuk literasi amatlah sangat kurang. Terutama kalangan orang tua notabene mereka lebih sibuk bekerja dan waktu untuk membaca sangat kurang. Mereka hanya meminta anak-anak mereka untuk membaca tanpa ada pemikiran bahwa perilaku anak meniru orang tua mereka. jika orang tua mereka berliterasi maka anak-anak mereka secara tidak langsung pasti juga terpengaruh. Pengembangan pola asuh literatif bukan hanya mengenalkan kemampuan baca tulis hitung (calistung) pada anak –anak ketika belum masanya justru dapat membahayakan mental anak di kemudian hari. Mulailah dari anak mencintai buku yang sesuai dengan usia dan minat. Keluarga adalah ujung tombak pembentukan sumber daya manusia yang cerdas dan kreatif.

Budaya literasi perlu dimulai dari dini. KH Anwar Zahid, seorang dai kondang dari Bojonegoro, Jawa Timur dalam salah satu ceramahnya menyoroti penggunaan gawai yang kurang terkontrol dalam keluarga, bahkan menyebut sebagai setan gepeng. Betapa pengaruh penggunaan gawai dalam lingkungan keluarga membuat jarak antar anggota keluarga. Kondisi ini cukup memprihatinkan dan membahayakan proses tumbuh kembang anak. Sifat egois dan susah dikontrol menjadi hal yang biasa kita temukan pada anak yang kecanduan gawai. Krisis yang dihadapi oleh keluarga milenial adalah konsumsi media dan akses anak-anak kepada konten negatif, seperti kekerasan sampai pornografi. Media yang dikonsumsi keluarga menjadi salah satu faktor masuknya pengaruh dan nilai dari luar termasuk pengaruh buruk. Pentingnya prioritas penggunaan media digital menjadi agenda penting pada keluarga milenial. Era digital perlu diimbangi dengan penerapan nilai budaya, menjunjung tinggi etika keadaban. Salah satu cara yang dianggap relevan dengan perubahan zaman tanpa meninggalkan kepribadian bangsa adalah memulai mengembangkan semangat literasi dari lingkungan keluarga. Pengenalan sastra nusantara dan bacaan yang inspiratif dapat mengubah pola pikir dan perilaku anak. Kemajuan teknologi harus dimanfaatkan untuk penguatan kapasitas wawasan dan pendidikan dalam keluarga tanpa melupakan budaya adiluhung bangsa. Perpustakaan dalam rumah sebagai langkah strategis dalam pengembangan Budaya Literasi Keluarga (BuLiKe). Ketika sarana dan prasarana sudah siap tinggal langkah aksi dalam bentuk tindakan nyata menumbuhkan kesadaran pentingnya banyak membaca.

Baca Juga  When Positivity Became Toxicity

Peran orang tua dalam budaya membaca sangat dibutuhkan dalam semangat literasi keluarga. Ketika orang tua malas, anak akan turut serta. Keteladanan dan pendekatan partisipatoris perlu digalakkan dalam setiap keluarga. agar ada keinginan untuk memegang buku perlu stimulus dan brain storming dalam bentuk ungkapan malu ketika kurang membaca. Dengan cepatnya perkembangan teknologi di era sekarang ini dapat menguasai dalam kehidupan anak-anak, terutama untuk tumbuh kembangnya pendidikan anak.

Sebagian orang tua berpikir bahwa teknologi, jika diberikan kepada anak dapat membuat anak menjadi tenang. Namun, teknologi ini bahwasannya memiliki kekurangan bagi si anak. Anak akan lebih sulit untuk diatur dan akan memiliki sifat timbal balik dalam waktu jangka panjang. Menyadari arti penting dalam pembentukan budaya literasi, sudah seharusnya kesadaran budaya literasi mengalir ke setiap keluarga sebagai unsur utama dalam hal mendidik anak dan unsur mayarakat dan bangsa. Supaya anak dapat tumbuh sesuai dengan perannya. Karena anak-anak dalam satu hari menghabiskan waktu sekitar 6-8 jam di sekolah. Sisa waktunya adalah ketika mereka berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat. Kegiatan literasi dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai macam ragam. Hal ini dapat diawali dari inisiatif orang tua dalam menyisihkan waktunya untuk keluarganya agar dapat berkomunikasi efektif. Komunikasi efektif ini merupakan cara orang tua memberikan arahan kepada anak dan anak menyampaikan gagasan kepada orang tua dalam suasana yang nyaman dan saling memahami.

Komunikasi akan efektif apabila orang tua atau anak bersedia mendengarkan dan menyampaikan pesan untuk tujuan mencapai tujuan komunikasi. Menurut Ki Hajar Dewantara, anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat tersebut. Jadi, orang tua tidak dapat memaksa kodratnya anak, karena setiap anak memiliki kodratnya masing-masing yang tumbuh seiring jalannnya waktu.

Di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat dan canggih, bisa kita lihat bahwa kesadaran akan betapa pentingnya literasi di kalangan anak kecil sampai dewasa semakin menurun. Padahal, banyak sekali keuntungan yang akan kita dapatkan dari literasi. Kita dapat memperoleh banyak sekali informasi secara detail maupun tersirat. Selain itu, kegiatan literasi merupakan cara yang paling efektif untuk menggali ingatan-ingatan yang sebelumnya kita miliki sebagai cara untuk me-recall memori yang kita miliki. Beberapa ahli juga pernah mengatakan bahwa dengan membaca seseorang akan terhindar dari demensia, yaitu kerusakan pada sistem saraf yang mana salah satu dampaknya yaitu penurunan daya ingat. Adapun upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan praktik literasi di Indonesia yaitu dengan menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya literasi terhadap anak, membimbing anak melalui sebuah permainan literasi, mengoptimalkan peran dan fungsi perpustakaan sekolah, membudayakan kegiatan membaca di kelas dan sekolah, memberikan reward pada siswa berupa buku, membentuk komunitas membaca, membiasakan siswa untuk menulis buku harian, serta mengadakan kegiatan membuat karya tulis.(RedG /0)

 

Komentar

Tinggalkan Komentar