oleh

BRM Kusumo Putro : Otonomi Khusus Dalam Rangka Menyelamatkan Budaya Solo

Solo- Tokoh masyarakat Kota Solo BRM Kusumo Putro, SH, MH menilai kota bengawan kini dalam keadaan krisis budaya. Hal tersebut disampaikannya ketika ditemui awak media di salah satu wedangan di Kota Berseri belum lama ini.

Kusumo mengatakan banyaknya aksi intoleran di Kota Solo merupakan dampak dari krisis budaya.

Dia menuturkan gonjang ganjing Keraton Solo yang sampai saat ini belum selesai adalah contoh nyata, selain itu semakin sedikit masyarakat yang melestarikan tradisi kearifan lokal.

“Ada dua faktor yang membuat krisis budaya di Kota Solo yang pertama masyarakat abai dan perhatian Pemkot Solo kurang,” katanya.

Kusumo menjelaskan dahulu terdapat 38 sanggar tari di Kota Solo, namun kini hanya ada beberapa saja yang mampu bertahan.

“Mereka kolaps karena tidak mempunyai anggaran untuk biaya operasional dan tidak punya tempat latihan,” ungkapnya.

Menurutnya, hal tersebut adalah contoh nyata dalam krisis budaya yang dihadapi Kota Solo.

“Dulu kita punya Taman Budaya Surakarta (TBS) yang kini menjadi Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) dimana perizinan sangat rumit jika mau berlatih di TBJT. Dulu kita punya Sriwedari namun sekarang keadaanya seperti ini,” bebernya.

Kusumo berharap Pemkot Solo, Pemprov Jateng dan Kementrian Kebudayaan lebih memperhatikan nasib budaya yang menjadi roh Kota Solo.

Sanggar-sanggar tari tersebut, masih menurut Kusumo lama kelaamaan akan hilang ditelan zaman.

“Sekarang hanya sanggar besar yang bisa bertahan, akhirnya nanti jika tidak ada perhatian dari semua pihak, Solo akan kehilangan roh sebagai kota budaya,” jelasnya.

Kusumo berpendapat Kota Solo sudah saatnya mendapatkan Otonomi Khusus (Otsus).

“Otonomi khusus bukan Daerah Istimewa Solo (DIS). Sudah saatnya Kota Solo bisa mengelola budaya, dengan status Otsus maka pemkot akan punya kewenangan mutlak,” ungkapnya.

Baca Juga  Gadis Cantik nan Manis Ini Punya Pandangan Terkait Sistem Belajar di Era Pandemi

Kusumo menambahkan Kota Solo mempunyai jasa besar dalam perjalanan Republik Indonesia. Dia mencontohkan bagaimana Paku Buwono VI membantu perjuangan Pangeran Diponegoro, Paku Buwono X memerdekakan Indonesia, Paku Buwono XII merupakan raja pertama yang bergabung dalam wadah NKRI dan sosok pemuda gagah berani bernama Slamet Riyadi yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

“Otonomi khusus dalam rangka menyelematkan budaya Kota Solo. Kami berharap walikota terpilih pada Pilkada 9 Desember 2020 memperhatikan kelestarian budaya. Kami yakin jika Kota Solo sudah kehilangan budaya maka wisatawan sudah tidak akan ada yang datang ke Solo,” tegasnya.(red)

Komentar

Tinggalkan Komentar