Pemalang – Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sekitar satu miliar orang di seluruh dunia mengalami kekurangan gizi, sedangkan hampir dua miliar mengalami kelebihan gizi. Namun studi terbaru mengenai tren diet global, yang dirilis oleh jurnal The Lancet, menunjukkan dalam hampir 195 negara yang disurvei, dijumpai masyarakat mengkonsumsi terlalu banyak jenis makanan yang salah. Informasi kesehatan tersebut disampaikan oleh Ketua Persatuan Ahli Gizi Pemalang (Persagi) Lili Nurmawati, S.Gz. M.Gz.RD di salah satu acara podcast kesehatan (PodKes) beberapa minggu kemarin.
“Analisis yang dimuat pada jurnal kesehatan Lancet, menemukan bahwa menu makanan yang kita konsumsi sehari-hari menjadi pembunuh terbesar dibanding merokok dan kini menjadi penyebab 1 dari 5 kematian di seluruh dunia. Rata-rata orang di berbagai tempat di dunia mengkonsumsi minuman mengandung gula sepuluh kali lebih banyak dari jumlah konsumsi yang disarankan dan 86 persen berlebih sodium per orang dari batas yang dianggap aman†kata Lili yang saat ini bertugas sebagi Ahli Gizi di RSUD M. Ashari Pemalang.
Studi tersebut juga memperingatkan banyak orang yang mengkonsumsi sedikit gandum utuh, buah buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian untuk menjaga gaya hidup sehat. Studi tersebut meneliti tren konsumsi dan penyakit antara tahun 1990-2017. Sekitar 11 juta kematian di seluruh dunia diakibatkan oleh pola makan yang buruk. Sejauh ini, penyakit kardiovaskuler, yang biasanya disebabkan atau diperburuk oleh obesitas, masih menjadi pembunuh utama
“Berdasarkan dari jurnal jurnal “The Lancetâ€Â. melaporkan bahwa 11 juta kematian di dunia itu masih didominasi oleh pola makan yang buruk, dimana secara tidak langsung pola makan yang buruk biasanya akan menyebabkan obesitas, sehingga akan terjadi penyakit salah satunya adalah kardiovaskuler†ujar Lili.
Dikutip dari Wikipedia.org, The Lancet adalah sebuah jurnal pengobatan umum mingguan. Jurnal tersebut merupakan salah satu jurnal pengobatan paling dikenal dan tertua di dunia, dan disebut sebagai salah satu jurnal pengobatan paling prestisius di dunia.
Menurut Lili, pola makan yang buruk dicermati dari susunan atau jenis makanannya yang kurang beragam dan ketidakberaturan jadwal makan.
“Pola makan yang buruk berarti itu berarti dari susunan makanannya itu kurang beragam kemudian bisa jadi pola makannya itu tidak teratur†kata Lili.
Sedangkan konsumsi makanan yang kurang beragam juga menjadi pemicu munculnya penyakit. Lili pun menjelaskan contoh konsumsi makanan yang kurang beragam.
“Kalau yang untuk kurang beragam itu biasanya bisa salah satunya nih bisa memicu defisiensi nutrisi atau zat gizi artinya kekurangan zat gizi contoh bisanya kita itu setidaknya suka dengan sayuran hijau misalnya Bayam, biasanya bayam itu tinggi dengan asam folat kacang-kacangan juga tinggi dengan asam folat jadi itu bisa menyebabkan defisiensi asam folat kalau pada ibu hamil bisa menyebabkan kecacatan†ungkapnya.
Selanjutnya, Ahli Gizi yang masih aktif mengajar di Poltekkes Semarang ini menjelaskan tentang gangguan metabolisme, penyebab dan dampaknya.
“Gangguan metabolik itu terjadinya gangguan metabolisme dalam tubuh, metabolisme itu berarti organ-organ tubuh itu berfungsi atau menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya misalnya dalam pembentukan gula, kemudian membantu dalam mencerna karbohidratdan lain-lain.
Gangguan metabolik salah satunya kelebihan kadar gula dalam darah,
misalnya salah satu organ tubuh kita yaitu Pankreas, dimana pankreas menghasilkan Insulin, kemudian bila makanan kita terus monoton sering manis, karbohidrat tinggi dapat menyebabkan obesitas, kondisi obesitas akan menyebabkan resistensi Insulin, bila resistensi insulin pancreas tidak mampu mengendalikan kadar gula darah akan menyebabkan gangguan metabolisme dalam tubuh sehingga muncul penyakit degeneratif yaitu Diabetes Mellitus.
Dalam sesi penutup acara , Lili mengajak masyarakat untuk mempertahankan pola makan yang baik mulai dari sekarang karena manfaatnya akan dirasakan sampai nanti.
“Tentang pola makan jadi ada baiknya yang sudah menjalankan pola makan yang sudah sehat terus baik ya dipertahankan kemudian yang belum, yuk! mulai saat ini kita perbaiki karena dampaknya adalah tidak dalam waktu sekarang, tapi beberapa tahun atau puluhan tahun mendatang†tegas Lili.(RedG/TS)