oleh

Ansor Jateng, Hoaks Musuh Bersama

Semarang – Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah mendeklarasikan diri memerangi hoaks. Selain itu, GP Ansor mendukung penegakan hukum oleh Polri dalam memberantas hoaks. Kemudian ikrar untuk menyatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Harga Mati dan Indonesia Jaya.

Deklarasi diikuti kader GP Ansor dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah usai mengikuti seminar Teknologi Informasi Sebagai Sarana Jitu Gerakan Islam Ramah, di Aula Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jalan Gajah Raya, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (12/5/2018).

Kader Ansor itu juga akan mengikuti pelatihan jurnalistik mulai Sabtu (12/5/2018) sampai Senin (14/5/2018).
Seminar tersebut diisi oleh Wakil Ketua PP GP Ansor, Mujiburrahman, Kabid E-Goverment Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Tengah, M Agung Hikmati dan Ketua Masyarakat Antihoaks Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho.

Seminar dibuka oleh Sekretaris PWNU Jawa Tengah, KH Arjak Imroni, Ketua Ketua Dewan Pelaksana Pengelola MAJT, KH Noor Achmad dan Kasubdit III Sosial Budaya, Direktorat Intelijen dan Keamanan, Polda Jateng, AKBP Bambang Purwadi. Arjak mengatakan, pergaulan global dihubungkan teknologi, sehingga layaknya sebuah desa global satu sama lain terkoneksi. Teknologi informasi, kata dia, telah menjadi urat nadi masyarakat modern. “Kami berharap dari seminar dan pelatihan ini ada tindaklanjutnya, sehingga kader-kader NU mewarnai pergaulan global,” kata Arjak.

Noor menambahkan, berita-berita moderat harus lebih banyak diproduksi oleh kader NU. Informasi Islam moderat harus lebih banyak disuarakan.
Bambang mengungkapkan, dari teknologi lahir banyak pekerjaan baru bagi anak-anak muda. Hal itu bagian dari dampak positif yang perlu didorong, sedang dampak negatif seperti hoaks harus ditekan. Pihaknya secara berkala mengawasi ujaran kebencian, hoaks dan informasi yang menghasut. “Kita dukung acara ini agar Jateng bebas hoaks. Kita gunakan teknologi dengan bijak,” ujar Bambang.

Baca Juga  Halal Bihalal di Kodim 0714/Salatiga

Bebasis Keluarga
Ketua Mafindo, Septiaji Eko Nugroho mengatakan, perlawanan terhadap hoaks dimulai dari keluarga. Keluarga punya peran besar sebagai institusi terkecil dan inti masyarakat, sehingga tradisi melawan hoaks harus dibiasakan.
”Keluarga sebagai garda terdepan memerangi hoaks. Mafindo saat ini sedang membangun sistem melawan hoaks yang disinergikan dengan isu antikorupsi dan antiradikalisme. Keluarga sebagai basis. Orang tua punya tanggungjawab memastikan anak bebas dari hoaks,” kata dia.

Menurut Septiaji, karakteristik masyarakat menyukai berita bombastis dan bohong. Tipe berita itu lebih cepat viral. Hal itu dimanfaatkan produsen hoaks meraih pembaca. Di sisi lain, berita hoaks juga memanfaatkan emosi pembaca, sehingga larut di dalamnya. Tak terkecuali penduduk dengan latar pendidikan yang tinggi. Pada sisi media, banyak pemiliknya terlibat dalam oligarki, sehingga menggunakan media sebagai saluran politik praktis yang sebetulnya media harus menjaga independensi dari partai politik.

“Hoaks ini harus dilawan bersama. Kader NU yang waras saat ini tidak lagi saatnya mengalah dan diem. Harus bergerak. Ojo ngalah.”

Wakil Ketua PP GP Ansor, Mujiburrahman mengatakan, dalam era media sosial ini perlu ada solusi agar tradisi keilmuan pesantren tetap lestari dengan sanad yang tersambung tapi juga merangkul teknologi. “Kami juga tengah menyiapkan website agar bisa mewarnai wacana keislaman,” kata dia.(RedG kontributor Ansor)

Komentar

Tinggalkan Komentar